Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Air Mata untuk Ayah

8 November 2012   03:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:46 149 0

Selepas salam dalam menunuaikan shalat dhuha. Aku mengingat saat ayah akan mengantarku mendaftarkan diri untuk mengikuti tes masuk Perguruan Tinggi Kedinasan yang ada di Kabupaten Tangerang (kini Kota Tangerang Selatan).

Saat itu Ayah menunggu di sebuah pondok pesantren yang ada di Purwakarta. Saat SMA aku tinggal di Pesantren. Agak lama ayah menunggu kepulanganku, karena saat itu aku belum tiba juga di pesantren. Mungkin salahku juga, ketika masih mengikuti sebuah agenda aku minta segera diantarkan Ayah ke Jakarta karena batas pendaftaran tes masuk Perguruan Tinggi Kedinasan yang sebentar lagi.

Ayah memang berkeinginan agar aku bisa melanjutkan pendidikan sehingga Beliau sangat bersemangat untuk mengantarkan aku. Saking bersemangatnya ayah telah tiba di pesantren saat aku masih mengikuti sebuah agenda. Saat itu kami tidak memiliki handphone, sehingga ayah hanya bisa menungguku di pondok pesantren.

Akupun tiba di pesantren. Dan Akupun melihat ayah duduk di teras aula untuk menunggu diriku. Saat itu pesantren sedang sepi, sehingga tak ada satupun orang yang mengajak ayah untuk sekedar berbincang. Melihat ayah yang duduk seorang diri, aku langsung mengambil tangannya yang agak kasar karena sudah lama dipakai bekerja keras untuk menghidupkan istri dan keenam anaknya.

Ayah, sungguh aku bangga padamu. Selepas salam dalam menunaikan shalat dhuha, air mataku menetes ketika mengingat perjuanganmu itu.

Ciputat, 08 Nopember 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun