Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Kartini, Marsinah, dan Aku

1 Mei 2015   09:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:29 29 4
Mei menghias mega mendung

mengharukan awan dan raut muka kelabuku

di pojok pabrik tak bernama, simpuhku kelu:

terkenang darah dan peluh ibu

--

Aku berlari dalam sunyi kata-kata

menghampiri luka yang masih merah itu

--

Derai doa-doaku bercampur gerimis tangis pagi

aku terbakar rindu

kepada senja yang terpotong belati penguasa

entah malam apa ini?

rembulan masih tidur berselimut kabut pekat malam

entah sampai kapan

--

Bangunlah dari tidur panjangmu para wanita

jangan mati bersama mimpi dingin ini

hitam hanya kenangan yang belum kita warnai

dengan kuas emansipasi

: bukankah Kartini...Marsinah...adalah foto kita

yang terbingkai di sisi cermin masa lalu?

--

Kembali aku, laki-laki yang perasa ini, bersimpuh

di nisan sejarah

yang terluka

--

Kubaluri kanvas putih yang menghampar di depan

dengan meminjam tangan lentikmu

dalam dominan warna biru, agar kau tahu

kuhidupkan selalu inspirasimu itu!

(Mayday, 1 May 2015)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun