Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Bantul, Kabupaten Penyair Indonesia

9 September 2014   10:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:14 81 1
Bantul, bagi masyarakat Indonesia, dan Yogyakarta khususnya, hanyalah merupakan salah satu wilayah kabupaten yang terletak disebelah selatan kota Yogyakarta, yang secara umum "kota"-nya masih kental dengan kedesaannya alias "ndesani". Perkembangan industrinya belum sepesat dan sebesar tetangganya di wilayah Jawa Barat maupun Jawa Tengah.  Tetapi mengenai sumberdaya manusianya, terutama dibidang sosial-budaya, menurut Kompasianer, mungkin merupakan salah satu kabupaten potensial di Indonesia. Dengan modal sosial yang konstruktif dan kondusif, Bantul telah berhasil mengatasi dampak gempa tahun 2006 (cepat bangkit dari kehancuran dan keterpurukan). Secara budaya, masyarakat Bantul diuntungkan dengan keberadaan sekolah-sekolah seni seperti ISI (dulu ASRI) di Sewon, maupun SMK (dulu SMSR) di Bugisan, yang notabene siswa maupun mahasiswanya berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Bantul juga merupakan kawah "candradimuka" (tempat penggemblengan) para seniman yang pada akhirnya mereka mampu "go nasional" maupun "go internasional". W.S. RENDRA be sar dan membesarkan Bengkel Teater-nya salah satunya bermula dari Pantai Parangtritis dan sekitarnya. Bantul (Pleret, Kerta) juga pernah menjadi pusat kerajaan Mataram (Islam). Di  Imogiri, salah satu wilayah Bantul, terdapat makam  raja-raja Yogyakarta dan Surakarta, termasuk  Sultan Agung. Di wilayah Bantul tumbuh komunitas-komunitas seni berbagai bidang secara swadaya. Keberadaan berbagai komunitas tersebut didukung oleh padepokan-padepokan tari, sanggar-sanggar kesenian, rumah-rumah budaya seperti Rumah Budaya Tembi, serta Rumah Budaya EAN (Emha Ainun Najib). Pendek kata, Bantul merupakan tempat persemaian bagi tumbuh-kembangnya kegiatan sosial-budaya,  termasuk kiprah para penyair yang pernah bersentuhan dengan Bantul.

Untuk membaca Bantul, Pemda Bantul bersama Pekerja Budaya Bantul yang dimotori Ons Untoro, Budhi Wiryawan, dan Umi Kulsum, pada Sabtu malam, 6 September 2014 bertempat di Pendopo Parasamya Kabupaten Bantul, telah melaunching "Parangtritis" - Antologi Puisi 55 Penyair Membaca Bantul. Launching ini sekaligus menjadi kado Hari Jadi Kabupaten Bantul ke-183, 20 Juli 2014. Ke-55 penyair yang berpartisipasi, terseleksi, dan memenuhi kriteria dari editor/kurator (antara lain bertema "Segala Segi Mengenai Bantul" dengan tahun  penciptaan antara tahun 2000 s.d. 2014) adalah :

1. Abdul Wachid Bs.                                          29.  Muhammad Fuad Riyadi

2. Adjie S. Mukhsin                                            30. Mustofa W. Hasyim

3. Anes Prabu Sadjarwo                                   31. Ons Untoro

4. Ardi Susanti                                                     32. Otto Sukatno Cr

5. Bambang Darto                                               33. Pritt Timothy Prodjosoemantri

6. Bambang Nugroho                                         34. Purwadmadi

7. Budhi Wiryawan                                              35. Raudal Tanjung Banua

8. Daru Maheldaswara                                        36. Rina Ratih

9. Dedet Setiadi                                                     37. Rismudji Rahardjo

10.  Dharmadi                                                         38. S. Arimba

11. Dimaz Indiana                                                  39. Sashmytha

12. Dwi Ningsih                                                       40. Satmoko Budi Santoso

13. Eko Nuryono                                                     41. Selsa

14. Genthong Hsa                                                    42. Sigit Sugito

15. Hari Palguna                                                      43. Slamet Riyadi Sabrawi

16. Hazwan Iskandar Jaya                                   44. S.P. Budi Santosa

17. Iman Budhi Santosa                                        45. Sri Wintala Achmad

18. Indra Tranggono                                               46. Sudharmono

19. Joko Pinurbo                                                      47. Sumanang Tirtasujana

20. Krisbudiman                                                       48. Sutirman Eka Ardhana

21. Krishna Miharja                                                 49. Syam Chandra Manthiek

22. Landung Simatupang                                      50. Syamsu Setia

23. Latief Noor Rochman                                     51.  Tedi Kusyairi

24. Latief S. Nugraha                                               52. Teguh Ranusastra Asmara

25. Margita                                                                  53. Umi Kulsum A. Elwa

28. Matroni Muserang                                            54. Wadie Maharief

55. Zahroh  Al Khusna

Kita apresiasi acara-acara semacam itu dengan tetap mengkritisi kualitas penyampaian kata para penyair.

Kalau Surabaya memplokamirkan diri sebagai "Kota Pahlawan"; sedangkan Yogyakarta, Surakarta, dan Jakarta, berebut  memplokamirkan diri sebagai "Kota Budaya", lalu pantaskah Bantul memplokamirkan diri sebagai Kabupaten Penyair Indonesia? Sejarah akan terus kita ukir dan arah bersama menjadi sesuatu yang indah dan bermakna. Insya Allah, kita akan jadi orang yang ber-Tuhan dan berguna.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun