Dia curhat ke galauan yang sedang di hadapinya saat ini. Inti kegalauan yang sedang di hadapinya ada beberapa hal. Yang pertama dia ingin mendapatkan gaji yang lebih besar untuk saat ini. Karena jam kerja dia menurun drastis sehingga otomatis pendapatan dia pun turun drastis pula. Dia bertanya megenai kerjaan apa yang bisa mendapatkan gaji besar dan tidak perlu belajar banyak2. "Tidak ada kerjaan yang tidak perlu belajar" kata saya ke dia. "Semakin besar gaji yang di inginkan berarti lebih besar tanggung jawab dan pelajaran yang harus di pelajari" tambah saya. Sebenarnya dia sudah ada beberapa jenis kerjaan yang dia ingin coba, tapi belum tahu pasti apa yang akan di lakukannya. Kemudian saya sarankan dia untuk berdiskusi dengan orang tuanya. Sayangnya bapaknya adalah tipe orang gagal. Dia sendiri saja hidupnya berantakan akrena pengaruh obat2an. Sedang ibunya bukan ibu yang mengerti pendidikan dan sibuk dengan kerjaan dia sendiri. Kemudain saya sarankan untuk berdiskusi dengan guru, kakek atau nenek atau juga kerabat2nya. Sayangnya semuanya tidak membawa hasil yang baik.
Dari jawaban dia ini, saya mengambil kesimpulan kalau dia juga dalam kondisi galau karena tidak ada orang yang bisa membimbing dan mendidik dia ini untuk menentukan masa depannya. Sayang sekali sebenarnya, karena menurut cerita dia ini...dia ini termasuk pelajar yang lumayan pintar. Dia selalu mendapat nilai yang baik sekali dalam bidang ilmu pasti dan juga literacy (penggunaan bahasa). Dari sini saya sarankan dia untuk bertanya ke universitas2 dan jelaskan masalah yang dia hadapi, dan siapa tahu mereka bisa membantu dalam memilihkan dia bidang yang sesuai dengan passion dia ini. "Namun semuanya tentu kembali sama komitmen yang harus kamu terapkan" pesan saya ke dia.
Dia juga berbicara ingin mempunyai keluarga yang bahagia, tidak seperti orang tuanya yang bercerai dan khususnya tidak ingin seperti bapaknya yang junkies. Sayangnya dia beberapa kali sudah mencoba drugs kelas rendahnya, seperti marijuana yang di Indo sering disebut gele dan juga dia sering bermabuk ria dengan alkohol. "Kamu musti buktikan ke diri sendiri dulu kalau kamu itu mau jadi orang yang bersih" saya memberi pendapat ke dia. "Tapi kadang susah karena teman2 lainnya begitu" jawab dia akan pendapat saya. "Apa yang teman kamu akan atau bisa lakukan kalau kamu di tangkap polisi?? Atau kalau kamu tidak ada uang?? Atau kamu tidak bisa bahagia??" tantang saya ke dia. Dia berpikir dan hanya menggeleng. "Yup...nothing. Teman kamu tidak bisa membantu kamu" jawab saya. "Lagi pula apa itu teman yang selalu merusak kamu??" tanya saya lagi. Tentu saja jawaban dia tidak. "Percaya deh...kalau kamu sudah ada keluarga sendiri, prioritas kamu hanya untuk keluarga...bukan teman" saya meyakinkan dia. "Tapi yah itu semua kembali ke diri kamu sendiri, kaerna kamulah yang menentukan jalan hidup kamu" lanjut saya.
Pada akhir malam tadi, dia bersyukur sekali bisa berbincang2 dengan mendapat beberapa tambahan dan motivasi dari saya. Dia akan mencoba semua saran yang saya berikan kepada dia.
HHmmm dari kejadian semalam saya semakin yakin kalau perlunya komunikasi dan interaksi antara orang tua dengan buah hatinya. Dan juga perlunya Tuhan dan sesama dalam menjalankan peran saya ini.