Suatu ketika perusahaannya membutuhkan seperangkat komputer yang diperuntukan bagi operasional perusahaannya tersebut. Jadilah Joko ditugaskan oleh Bos-nya membeli dan mengambil satu perangkat komputer tersebut di Mall Atrium Jakarta (Pasar Senen).
Dari Bekasi ia dengan bangganya mengendarai motor bebek pertamanya. Rute yang dia lalui adalah melalui jalan K.H. Noer Ali (jalan inspeksi Kalimalang ) dan dilanjutkan kearah Cempaka Putih.
Alkisah sampailah Joko ke Mall Atrium tersebut dan melakukan transaksi pembelian seperangkat komputer di toko yang sudah ditunjuk oleh perusahaannya. Setelah melakukan pembelian, maka ia mendapatkan:
1. Monitor 14" yang masih "guede" banget.
2. Keyboard.
3. Speaker Active.
4. Mouse "Jadul".
5. Mother Board.
6. Meja Komputer "Goban".
Semua alat itu di masukkan kedalam kotak dan diletakkan diatas bangku motor. Perasaan tidak nyaman langsung terasa di pikiran Joko; " Sampai nggak yah ke Bekasi dengan bawaan sebegitu banyaknya?".
Dengan sedikit memaksakan dirinya (takut dimarahin Bos-nya), Joko berangkat juga ke Bekasi. Kali ini dia mengambil rute setelah melewati perempatan coca-cola ia lurus ke-arah Pulo Gadung.
Sesampainya di pertigaan Pasar Cakung jalanan macet. Pandangan Joko pun terhalang oleh mobil-mobil di depannya. Apalagi apabila ia mau melihat kebelakang, hanya gunungan kardus berisi seperangkat komputer yang menjadi pemandangannya. Maka Joko memutuskan untuk mengikuti saja motor didepannya. Kalau motor itu jalan, maka ia jalan. Kalau motor itu berhenti, maka ia pun berhenti. Hal itu terus dilakukannya sampai Joko melihat lampu lalu lintas pasar cakung (pertigaan kearah Bekasi dan Sukapura Tanjung Priok). Ketika Ia hampir melewatinya, Ia lihat lampu itu berwarna merah. Tapi motor-motor yang ada di depannya (kurang lebih lima motor) tetap melaju tanpa mengurangi kecepatannya sedikitpun. Karena Joko kurang pengalaman maka ia pun mencoba mengikuti apa yang motor-motor di depannya lakukan, tapi dalam versi yang lebih pelan.
Tiba-tiba:
Polisi: "Priiiitttttttt......Berhenti, anda kami tilang!"
Joko: "Tapi Pak, didepan saya kok nggak ada yang Bapak tangkap?"
Polisi: "Kalau bisa saya tangkap, saya tangkap motor itu semua! Tapi karena hanya Bapak yang bisa saya
tangkap, maka Bapak yang saya tilang!"
Maka dengan manggut-manggut Joko pun menepikan motornya ke pinggir. Sambil lalu Polisi itu berujar.
Polisi: "Tunggu saya di pos!" (memang didekat situ tampak pos kecil yang biasa digunakan Bapak-bapak Polisi untuk berteduh)
Joko: "Baik Pak!"
Joko pun dengan sabar menunggu Bapak Polisi tersebut menyelesaikan tugasnya. Tidak beberapa lama kemudian, Bapak Polisi tersebut datang kepadanya dan berkata:
Polisi: "Mau disidang apa damai?"
Joko : "Damai aja Pak!"
Polisi: "Ya sudah 50 ribu!"
Joko: "Wahhh...kalau lima puluh ribu nggak ada Pak, soalnya saya ini hanya pegawai rendahan, gaji saya kecil sekali Pak!"
Polisi: "Lah, tuh komputer punya siapa?"
Joko: "Punya kantor saya Pak!"
Polisi: "Ya sudah memang punyanya berapa?"
Joko: "Kalau sepuluh ribu saya punya Pak!"
Polisi: "Ya sudah mana, lain kali kalau melihat lampu sudah merah jangan kamu langgar yah!"
Joko: "Terimakasih Pak!"(Sambil mengeluarkan uang sepuluh ribuan dari saku celananya)
Maka Joko pun melanjutkan perjalanannya kembali, kali ini dengan lebih hati-hati. Semenjak kejadian tersebut, setiap melihat lampu merah Joko berjanji untuk tidak akan mengurangi kecepatan motornya lagi.
Nb: Mungkin pengalaman inilah yang menyebabkan banyak sekali motor mengebut ketika melihat lampu merah.