Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Gus Mus: Jangan Menyeret Agama dalam Pilkada

23 Juni 2017   05:37 Diperbarui: 23 Juni 2017   08:27 1386 2
KH Mustofa Bisri atau yang sering disapa Gus Mus pasti tidak mengenal saya tetapi saya sangat mengagumi beliau oleh karena karisma dan wibawa yang dimilikinya.

Sebagaimana diketahui Muktamar Nahdlatul Ulama ke 33 pada Agustus 2015 diadakan di Jombang Jawa Timur dan acara dibuka dengan resmi oleh Presiden Jokowi.

Beberapa bulan sebelum pelaksanaan Muktamar suasana sudah terasa panas terutama antara kelompok yang mendukung pemilihan Rois Am melalui cara Ahlul Ahlil Wal Aqdi atau juga disebut Ahwa dengan yang menginginkan pemilihan secara langsung oleh Rois Cabang NU.

Tradisi Muktamar NU sebelumnya ,pemilihan Rois Am dipilih secara langsung oleh Rois Syuriah cabang tetapi metode baru Ahwa berpendapat tidak layak untuk memilih Rois Am dengan cara voting karena hal tersebut berarti mengadu suara para ulama .Untuk itu diluncurkanlah metode Ahwa yaitu masing masing cabang diberi kewenangan memasukkan tujuh nama ulama dan tujuh ulama yang paling banyak diajukan akan menjadi Ahwa  semacam lembaga para ulama yang akan memilih Rois Am.

Benarlah suasana panas itu terasa semakin mendidih pada sidang pleno pertama ketika membahas Tata Tertib Sidang.

Pihak yang pro dan kontra saling bersahut sahutan ,keriuhan dan keributan dalam sidang terjadi.Pimpinan sidang kelihatannya tidak mampu lagi memimpin dan mengendalikan sidang.Boleh dikatakan sidang pleno tersebut sudah mengalami deadlock.

Saya dan banyak peserta muktamar( muktamirin) mulai cemas apakah di Jombang di kota tempat berkiprahnya Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari,pendiri NU ,justru NU akan pecah?.

Dalam suasana genting demikianlah KH Mustofa Bisri Pelaksana Rois Am Pengurus Besar NU tampil dan mengambil mikrofon.

Dengan perlahan beliau mulai berbicara ,merunut kembali sejarah NU ,mengingatkan kembali bagaimana para pendiri NU berjuang mendirikan dan membesarkan organisasi ini.Dengan kalimat kalimatnya yang santun yang menyentuh sanubari ,para muktamirin mendengar dengan
khusyuk.Suasana yang tadinya begitu gaduh menjadi hening dan perlahan banyak muktamirin yang meneteskan air mata terutama ketika Gus Mus mengatakan ,kalau ada kelemahan dan kekurangan pada Muktamar ini merupakan kesalahan dan kelemahannya karena sebagai Pelaksana Rois Am dialah yang paling bertanggung jawab.

Isak tangis tak terbendung lagi dan Shalawat Badar pun dikumandangkan ,muktamirin lalu merujuk kepada tausyiah Gus Mus sehingga sidang sidang pun dapat dilanjutkan lagi.

Disinilah saya lihat karisma dan wibawa Gus Mus dan mungkin kalau beliau tidak turun tangan ,pelaksanaan Muktamar bisa gagal dan mungkin NU pun bisa pecah.

Mustofa Bisri dilahirkan di Rembang,Jawa Tengah pada 10 Agustus 1944.Ia adalah putra seorang ulama kenamaan dan penulis yang produktip pada masanya Bisri Musthofa.

Setelah menyelesaikan beberapa jenjang pendidikan di tanah air kemudian Gus Mus melanjutkan pendidikan di universitas ternama Al Azhar Kairo.
Gus Mus juga telah menghasilkan puluhan buku atau artikel yang berhubungan dengan Islam.

Sekarang Mustofa Bisri mengasuh Pesantren Raudathut Tholibin di Rembang sebuah pesantren ternama yang didirikan ayahnya pada tahun 1941.
Dengan otoritas keilmuan yang dipunyainya dan dengan karisma yang dimiliknya menjadi menarik untuk membahas ungkapan ungkapan kalimatnya pada acara " Mata Najwa" yang ditayangkan oleh Metro Tv tanggal 21 Juni yang lalu.

Acara yang diasuh  oleh Najwa Shihab yang beritanya dikutip dari Kompas.com itu menyajikan acara dengan topik " Cerita Dua Sahabat" .
Pada acara tersebut hadir dua orang sahabat lama yaitu Prof DR Quraish Shihab dan KH Mustofa Bisri.

Quraish Shihab ,ayahanda dari presenter jelita dan cerdas Najwa Shihab itu dikenal sebagai  ahli tafsir Al Qur' an terkemuka Indonesia.Buku Tafsir Al Misbah nya merupakan sebuah karya besar yang merupakan magnum opusnya dan menjadi rujukan banyak orang yang ingin mendalami Al Qur'an.
Quraish Shihab sangat tenang ketika menyampaikan tausyiah termasuk melalui tv dan dari untaian kata katanya terlihatlah betapa ia punya ilmu yang luas tapi tidak menyombongkan diri.

Dihadapan ayahandanya itulah ,Najwa Shihab mulai menggali sikap Gus Mus terutama yang berkaitan dengan Pilkada.
Najwa menanyakan kepada Gus Mus tentang pernyataan pada twitternya yang pernah menyinggung pihak pihak yang menyeret agama dalam urusan politik ,khususnya Pilkada.

" Ya itukan keterlaluan.Pilkada itu apa sih.Anda berkali kali katakan " Allahu Akbar" .Anda kira Allah itu seberapa besar?Apa sama dengan Masjid Akbar di Surabaya itu.Apa sama dengan rapat Akbar ,pengajian Akbar".

Selanjutnya Gus Mus mengatakan ,silakan buka Youtube ,klik kata kunci " bumi".Anda akan tau besarnya bumi ini.Dan seberapa besar ciptaanNya ini.Bumi ini kecil sekali.

Gus Mus melanjutkan ,saya ibaratkan bumi ini seperti biji kacang hijau.Dimana DKI dalam biji kacang hijau itu.Dimana TPS-TPS dalam kacang hijau itu.Kalau kita katakan " Allahu Akbar" ,dan kita belum bisa mengecilkan diri kita sendiri ,kita belum menghayati "Allahu Akbar" ,kecuali untuk demo saja.

Disini terlihat ketidak setujuan Gus Mus apabila " Allahu Akbar" dibawa bawa pada urusan politik termasuk pilkada.Apalagi orang atau tokoh yang mengumandangkan " Allahu Akbar " itu batinnya masih diliputi kesombongan,merasa hebat dan merasa benar sendiri.Tokoh tokoh seperti itu lah yang dikritik oleh Gus Mus .Tokoh yang merasa diri besar tidak mampu  mengecilkan dirinya dihadapan Sang Pencipta dan ternyata " Allahu Akbar" hanya digunakannya untuk demo.

Kalau kita hubungkan pernyataan Gus Mus itu dengan realitas politik yang ada di negeri ini terlihat ada relevansi yang sangat kuat.Bukankah di berbagai tempat dan yang lebih kentara pada pilgub dki yang lalu ,ucapan " Allahu Akbar" ini selalu digemakan.

Karenanyalah Pengasuh Pondok Pesantren Raudhtatut Tolibin itu mengkritisi mereka yang membawa agama ke politik.
Kita juga merasakan sekarang ini banyak sekali orang atau kelompok yang merasa benar sendiri dan diluar kelompoknya dianggap nya sesat.Muncullah paham yang mengkafirkan orang lain malahan adakalanya walaupun orang lain itu juga muslim tetapi tetap dikafirkannya juga.
Karenanyalah Gus Mus mengingatkan tak seharusnya ada kesombongan dan kelompok yang merasa benar sendiri.

Untuk kelompok yang demikian Mustofa Bisri mengatakan " Kalau ada orang yang sombong,petentang petenteng ,merasa benar sendiri ,saya ketawa.Biji kacang hijau koq petentang petenteng".

Kita juga merasakan kegerahan hubungan antar pemeluk agama sekarang ini.Sebahagian dari kita merasakan semakin kurangnya semangat toleransi.Padahal menurut Gus Mus ,Muslim yang menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai panutannya pasti akan menjadi seorang yang toleran.
Pernyataan maupun tausyiah ulama kelahiran Rembang itu makin penting artinya mengingat tahun 2018 akan digelar pilkada langsung di 171 daerah yang terdiri dari provinsi,kabupaten dan kota.

Pada beberapa daerah tersebut terdapat masyarakat yang majemuk dari sisi pemeluk agama.
Akankah issu agama akan mencuat lagi?

Sebaiknyalah sebelum issu agama itu muncul kita renungkan kembali tausyiah yang dikemukakan ulama karismatis dari Rembang itu yang kesemuanya bertujuan untuk tetap sejuknya hubungan antar sesama kelompok masyarakat di negara kita ini.

Salam Persatuan!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun