Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Zakir Naik dan Swa Rasa Memelihara Toleransi

5 April 2017   15:33 Diperbarui: 5 April 2017   23:30 1183 18

Zakir Naik adalah sebuah fenomena dalam dakwah Islam.Sepengetahuan penulis belum pernah ada seorang juru dakwah yang popularitasnya mendunia seperti Pendakwah yang satu ini.Memang tidak dapat dipungkiri kemajuan teknologi komunikasi seperti sekarang ini  merupakan  faktor utama keterkenalannya.Youtube salah satu sarana utama nya dalam berdakwah dan melalui youtube ini jualah ummat islam mengikuti pesan pesan dakwahnya.Dalam dakwah ia berbicara dalam bahasa inggris kemudian ada teks terjemahannya.Ia bertutur dengan bahasa sederhana sehingga mudah dipahami oleh para pendengarnya.Dengan pengetahuannya yang luas tentang Islam dan juga tentang sgama lainnya terutama tentang agama Kristen membuat popularitasnya melambung di negara kita ini.
Betapa tingginya popularitas yang dimilikinya antara lain terlihat dari besarnya minat ummat Islam untuk mengikuti safari dakwahnya di beberapa kota di Indonesia ini.Seperti yang dilansir media tempat tempat yang dikunjunginya dari tanggal 2-10 April pada acara yang bertajuk " Zakir Naik Visit Indonesia 2017" ialah :Bandung,Yogjakarta,Gontor ,Bekasi dan Makassar.
Merupakan kenyataan salah satu kekuatan dakwahnya yang disiarkan melalui youtube ialah dialog atau debatnya yang berhubungan dengan agama  kristen.Terlihat betapa ia sangat menguasai teologi kristen sehingga ummat Islam merasa senang apabila ia mengungkapkan "kelemahan kelemahan "teologi agama kristen.
Dalam konteks hidup rukun dalam kemajemukan muncul  juga kehawatiran apakah kehadirannya di negeri ini akan mengganggu atau merusak toleransi antar ummat beragama.Agak melegakan ketika pendakwah dari India ini bersilaturrahim ke Majelis Ulama Indonesia,Ketua Bidang Luar Negeri MUI Pusat ,Muhammad Yudin Junaidi mengatakan Dr Zakir Naik tidak akan berbicara mengenai SARA tetapi ceramah biasa dan lebih banyak tentang ilmu pengetahuan.Namun demikian muncul juga kritik kepadanya ketika ia berbicara tentang Al Maidah 51 dimana ia menegaskan merupakan larangan bagi ummat Islam untuk memilih pemimpin non muslim biarpun pemimpin non muslim itu telah banyak membangun gedung ataupun infra struktur untuk umum.Tentu saja kritik terhadap pernyataannya tersebut tidak dapat dipisahkan pada suasana politik ibukota menjelang putaran kedua pilgub DKI.
Ummat Kristen di negeri ini juga telah mengenal Zakir Naik dan beberapa artikel di Kompasiana telah banyak membahas tentang uraian uraian nya terutama yang berkaitan dengan teologi kristen.Beberapa artikel yang saya baca justru meluruskan uraian nya yang dianggap tidak tepat atau tidak sejalan dengan pemahaman ajaran kristen.
Pada poin inilah mengemuka sebuah pertanyaan penting sejauhmana sebenarnya kita mentolerir uraian ,komentar atau kritik terhadap suatu keyakinan,iman atau credo agama yang tidak kita peluk .Apakah layak sanggahan atau kritik itu dikemukakan secara terbuka ke publik melalui ceramah atau melalui media sosial termasuk youtube karena hal tersebut akan memunculkan ketersinggungan bahkan amarah dari ummat yang keyakinan teologisnya itu diusik.
Andainya ada Evangelis yang membahas dan mengkritik secara terbuka iman,ajaran atau teologia islam apakah ummat Islam akan marah?Kalau memang ummat Islam akan marah terhadap kritikan itu tentu ukuran yang sama bisa kita gunakan terhadap perasaan ummat penganut agama lain.Tentulah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang didirikan diatas kemajemukan maka langkah pertama yang bisa dilakukan untuk menjaga harmoni kebangsaan itu ialah dengan menumbuhkan swa rasa.Apabila kita merasa tersinggung atau marah terhadap sesuatu yang disampaikan penganut agama lain maka kita juga harus tenggang rasa ,menahan diri untuk tidak membuat orang lain tersinggung atau marah.
Memang di negeri ini sekarang terutama sesudah reformasi sebahagian dari kita sangat meng agung agungkan kebebasan mengeluarkan pendapat .Tapi apakah benar kita sudah siap untuk menggunakan kebebasan itu dengan sebebas bebasnya terutama yang berkaitan dengan keyakinan beragama.
Kita memahami semua pemeluk agama meyakini bahwa kebenaran agamanya lah yang paling mutlak yang paling absolut lalu apakah kebenaran absolut yang kita yakini itu harus dibenturkan dengan kebenaran absolut yang diyakini pemeluk agama lainnya.
Sekali lagi menurut pendapat saya jawabannya adalah tenggang rasa dan dengan sikap yang demikianlah kelanggengan dan keutuhan bangsa ini dapat dipertahankan.
Salam Persatuan!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun