Ngemong, sebagaimana diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara, bukan sekadar tentang memberikan kasih sayang kepada murid, tetapi juga menyiratkan dinamika otoritas dalam pembelajaran. Filosofi ngemong menempatkan guru sebagai sosok pengasuh yang lembut, menciptakan rasa aman bagi murid dalam proses belajar. Namun, di balik niat baik ini, terdapat tantangan besar terkait bagaimana guru menyeimbangkan peran sebagai fasilitator tanpa menjadi figur yang terlalu mengontrol. Konsep ngemong, meskipun berakar pada nilai-nilai luhur kebudayaan Indonesia, membutuhkan refleksi mendalam ketika diterapkan dalam konteks pendidikan modern yang menekankan kemandirian murid.
KEMBALI KE ARTIKEL