Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Momentum Mudik, Momentum Membangun Desa

4 Januari 2014   20:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:09 41 0
Kadacua adalah desa kecil yang belum lama dimekarkan yang terletak di pinggiran Kota Ereke, Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara. Mayoritas masyarakat di sana bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Letaknya dekat dengan pantai sehingga kedepannya kadacua berpotensi sebagai desa wisata. Belajar dari desa wisata yang ada di pulau Jawa, khususnya Yogyakarta, masyarakat setempat sudah seharusnya memiliki kemampuan berbahasa. Sebab, wisatawan yang berkunjung bukan hanya dari domestik tapi juga wisatawan dari luar negeri. Bersama teman-teman mahasiswa lain yang juga baru pulang dari mudik di liburan semester kemarin (15/7), kami menggagas konsep komunitas bahasa inggris di Desa Kadacua. Berbekal pengalaman saya sewaktu di Pare, Kediri – yang di kenal sebagai kampung bahasa inggris – saya memberikan ide agar komunitas ini harus berbeda dengan konsep di lembaga kursus. Kegiatan di komunitas harus lebih menarik. Sehingga kami pun memutuskan dengan mengambil konsep “Belajar dan Bermain”. Semangat dan Motivasi Tantangan pertama kami dalam merintis komunitas ini adalah sikap skeptis masyarakat yang melihat komunitas ini sebagai lembaga kursus yang memungut biaya. Kami pun terus melakukan sosialisasi melalui pendekatan tokoh masyarakat setempat dan menjelaskan bahwa komunitas bahasa inggris ini tak memungut biaya sepersen pun. Tempat belajarnya juga di rumah bapak Sauli, S.Sos, salah satu tokoh masyarakat di Desa Kadacua. Bapak Sauli adalah tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh dan dari beliaulah kami mensosialisasikan komunitas bahasa inggris ini. Beliau sangat menyambut baik niat baik kami. Bapak Sauli ini juga merupakan alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) sehingga beliau paham dan sangat sepakat dengan ide komunitas bahasa inggris. “Saya sudah lama menunggu dari anak-anak di sini yang kuliah di kota untuk membuat kegiatan-kegiatan seperti ini”, ungkap beliau saat pertama kami ke rumahnya. Tak lupa kami sampaikandi setiap meeting agar mereka mengajak anak-anak yang lain untuk bergabung di komunitas bahasa inggris. Alhasil, pada pertemuan berikutnya, peserta meeting semakin bertambah. Bahkan ruang tengah rumah Bapak Sauli tak lagi muat hingga mereka harus lesehan di ruang tamu. Kami pun membagi dalam 3 kelompok yakni, kelompok beginner ( level SD), intermediate (level SMP), advance (level SMA). Tentu materi setiap kelompok berbeda. Melihat antusias mereka yang tinggi, kami pun semakin bersemangat. Rasa lapar, haus dan lemas – yang waktu itu sudah masuk bulan puasa – hilang begitu saja saat sudah berada di tengah-tengah mereka. Mereka pun demikian. Sebagian besar mereka ada yang berpuasa. Pada dasarnya komunitas bahasa inggris ini bertujuan menumbuhkan minat mereka untuk belajar bahasa inggris. Sebab, bagi anak-anak di Kadacua, bahasa inggris itu adalah momok yang menakutkan. Sehingga pada setiap meeting kami selalu memberikan motivasi dan juga trik dalam belajar bahasa inggris. Salah satu trik itu adalah membiasakan berbahasa inggris meskipun hanya mengucapkan how are you. Lomba Pidato dan Bercerita Bahasa Inggris Kegiatan puncak – tapi bukan yang terakhir – yang kami selenggarakan adalah english speech and story telling competition atau lomba pidato dan bercerita bahasa inggris. Lomba ini bermaksud menumbuhkan rasa kepercayaan diri mereka untuk tampil di depan umum. Mereka sangat berantusias. Awalnya mereka ragu dan cemas dengan lomba ini. Mereka tak percaya diri. Namun, kami katakan bahwa kalian akan dibimbing sebelum tampil. Dan tampilnya boleh pakai konsep. Karena memang kami mewajibkan untuk mereka ikut lomba ini, bagi laki-lakinya pidato bahasa inggris dan perempuan bercerita bahasa inggris. Akhirnya juga mereka bisa tampil dengan baik dan juri pun bangga dengan keberanian mereka tampil di depan. Dewan juri dari lomba pidato dan bercerita bahasa inggris adalah guru bahasa inggris di sekolah ternama di Kabupaten Buton Utara. Kami juga mengundang seluruh guru bahasa inggris di wilayah Kecamatan Kulisusu. Dewan juri tak henti-hentinya memuji dan bangga atas keberanian anak-anak di kadacua di sela-sela komentarnya. Mereka pun akhirnya mengakui bahwa Desa Kadacua tak ketinggalan lagi dan bahkan telah maju selangkah dari seluruh desa yang ada di Kabupaten Buton Utara.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun