Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Proklamator Sepi

18 Agustus 2013   10:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:10 116 1
Pertemuanku dengan Soekarno Muda beristri dua dalam perjalanan sepi Surabaya Bandung menyisakan Lara mendalam dalam hatiku. Senyumnya yang alami, serta kopiah hitam yang tampak masih baru tak membuat sembunyi duka di wajahnya. Sebuah duka cinta.

Dia lahir di Blitar, bangsawan tanpa gelar, jelas pula tanpa kerajaan. Menyesal, kenapa dulu gelar disisihkan dan istana dikuburkan. Untunglah, masih Ada tersisa gelar akademik dibelakang nama, Sarjana Teknik, namun agak malu dia menyebut Perusahaan Pendidikan yang menjual gelar itu padanya. Mungkin karena cuma swasta dan tidak terkenal.

Namun, apa sih bedanya universitas/sekolah Swasta maupun Negeri, semuanya cuma toko yang menjual gelar, malah lebih parah dari swalayan. Layani diri anda sendiri, yang penting bayar, tinggal tunggu gelar.

Dia, yang merana di dera duka cinta, malah tak ingat bahwa malam itu (16 Agustus 2013) adalah malam renungan suci.Malam yang 68 tahun lalu, Seseorang yang juga bernama Soekarno mampu melawan duka cinta yang memang bikin merana untuk mempersiapkan kemerdekaan sebuah bangsa.

Dari jendela kereta, 7 anak beriringan membawa obor bernyanyi lagu-lagu perjuangan, dia sempat tersenyum dan bergumam " anak sekarang walau mati lampu, tetap semangat'.

'bukan mati lampu bung, mereka baru pulang dari renungan suci', kata itu tak sempat kukeluarkan.

'selamat malam bung, selamat tidur proklamator kesepian, gak usah resah, Sang proklamator pun sama sepertimu, malah sampai akhir khayatnya, selalu kesepian.

Kereta kehabisan bahan bakar, sementara yang jual bahanbakar eceran masih, jadilah penumpang mendorong kereta semalaman. Seorang penumpang berkata, tak perlu upacara besok, kita belum merdeka.

(Melbourne, 16 Agustus 2013)

Entah Atas nama siapa,



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun