Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

A Conversalitious with My Atheist Friend *)

5 Agustus 2011   04:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:04 344 3
"Atheists can be spiritual", kata teman baruku ini. Ia mengakui betapa aneh dan kontradiktifnya pernyataan tersebut bagi para religius, seaneh anjing yang mengeong atau kubus yang bundar, katanya. Yang ia tidak tahu, sebenarnya ada saja orang religius (mmm ... siapa ya ? ;-)) yang tidak merasakan pernyataan semacam itu sebagai keanehan. Sepuluh tahun lalu aku pernah tergila-gila pada pemikiran para atheist (yang kadang menyebut diri mereka humanis) dan agnostic, bahkan sengaja mengoleksi setumpuk artikel mereka dari internet. So, apakah spiritual? Bagi mereka, spiritual adalah sebuah perasaan universal yang menyatukan semua manusia, dimana berbagai keajaiban kecil dalam keseharian, diwarnai atmosfer 'zona yang tak diketahui' (baca: misterius, tak terukur), semua bercampur-aduk dalam kompleksitas dan keindahan yang agung... (ehm, sepertinya begitu juga makna spiritual bagiku, my friend ...;-). Einstein menamai kondisi batin semacam ini sebagai Cosmic Religion. Dan ternyata 'agama ala Einstein' ini diterima, baik oleh para atheist maupun para theist (religius). "The most beautiful experience we can have is the mysterious," demikian kata Einstein.

"Misteri adalah pengalaman emosi terdalam manusia yang paling penting; ia merupakan titik pertemuan antara seni sejati dan sains sejati. Barang siapa tidak mengalaminya, tak lagi terpesona, juga tak berhasrat untuk mencari tahu, mereka sama bagusnya dengan ... orang mati". "Pengalaman dengan misteri -yang sesekali bercampur dengan rasa takut- itulah yang melahirkan dan menghidupkan agama. Karena seringkali pengetahuan itu tak dapat ditembus. Tapi melalui keindahan terdalam, kita dapat menyentuhnya. Keindahan terdalam itu hanya tersedia dalam bentuknya yang paling primitif, yaitu pengalaman dengan misteri", kata Einstein lagi ... Berdasarkan pemahamannya yang amat menarik tentang pengalaman dengan misteri (yang amat kusetujui ;-) itulah Einstein -juga para atheist- mengaku diri mereka sebagai ... religius. Atau setidaknya spiritualis. Mereka mengagumi berbagai jalinan mikroskopik yang membuat tanaman bertumbuh, mengeraskan sisa-sisa tubuh hewan laut menjadi bukit kapur, menyatukan uap air menjadi awan, juga membuat kita bergelimpangan gara-gara mikroba yang 'nakal'. Mereka terpesona pada bigbang yang telah memuntahkan samudera partikel, dimana material subatomik itu lalu membentuk milyaran galaksi, hingga terwujudlah 'sebutir pasir' yang kita sebut rumah (baca: Bumi). Mereka masih menghela nafas mengenang bagaimana kehidupan Bumi dimulai oleh cyanobacteriapurba yang bertransformasi menjadi mahluk multiseluler yang makin kompleks, hingga terbentuklah arthropod, ikan, tumbuhan, dan mamalia. Mereka juga ternganga mengingat betapa manusia telah bertumbuh menjadi spesies yang mampu berjuang menangani penyakit, kelaparan, gempa, pergi ke Bulan, juga mengirimkan pesawat ke planet-planet lainnya.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun