Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Karena Orang Saleh Tinggalnya di Kuburan

3 Juli 2011   16:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:58 547 3
Pagi 2 Juli 2011, sesudah jogging,seperti biasa aku duduk manis di 'singgasana' kecilku sambil menulis-nulis. Seekor kupu-kupu hitam memasuki ruangan, terbang berkeliling, dan baru keluar hampir sejam kemudian. Aku sempat bertanya-tanya, apakah pesan yang dibawanya ?Dari dulu aku senang menghubungkan antara kunjungan kupu-kupu ke dalam rumah dengan kunjungan tamu atau rejeki.Entah mengapa waktu itu melintas dalam pikiranku, bahwa kunjungan tamu kali ini akan lebih 'intensif' dari biasanya. Tak lama sesudah itu ada ketukan di pintu ruang kerjaku. "Tetangga sebelah bertanya, bolehkah ia memangkas pohon bunga kupu-kupu kita yang ada di samping garasi ?", tanya Jajat, driver kami. "Boleh, tapi secukupnya saja ya. Pastikan kamu yang mengawasi. Kami suka pohon itu." Aku baru akan melanjutkan aktivitasku yang sempat terputus, namun sebuah pengalaman yang menyedihkan tiga tahun lalu tiba-tiba terkenang. Waktu itu sebuah pemangkasan dilakukan secara berlebihan terhadap pohon beringin di depan rumah kami, dengan alasan 'mengganggu kabel listrik dan telepon'. Segera aku menghambur keluar untuk mengawasi sendiri bagaimana proses pemangkasan pohon itu berlangsung. Aku tidak ingin mengulang kembali rasa sedih, protes dan marah-marah yang pernah terjadi waktu itu. Sayangnya aku terlambat ! Pohon bunga kupu-kupu itu sudah nyaris gundul, meskipun sosoknya masih cukup tinggi. Tetangga depan rumah itu tampak sedang mengatur-atur para pekerja. Dengan nada dingin aku bertanya kepadanya: "Mengapa tidak menunggu ijin saya ?" "Cuma sedikit kok. Lagipula dia akan tumbuh dengan cepat", jawabnya sambil menghindari tatapan mautku. Itu masih belum seberapa ternyata. Potongan dahan dan ranting memenuhi jalan, membuat mataku serasa berkunang-kunang. Benar saja, dua pohon beringin yang pernah kupersoalkan tiga tahun lalu karena dipangkas terlalu banyak, sekarang malah mengalami ...penebangan ! "Mengapa beringin itu ditebang ? Itu kan tidak tumbuh dengan cepat ?", tanyaku dengan nada tinggi. "Tidak tahu. Itu sih keputusan RT. Saya hanya nitip mangkasin pohon kupu-kupu ini", jawabnya agak takut sambil menunjuk pohon kupu-kupu di depan rumah KU ...Ya,mungkinkarena di halamannya sendiri sudah tidak lagi ada pohon kupu-kupu, jadi ia ingin sedikit bersenang-senang dengan cara ... mengerdilkan pohon tetangga. Alangkah mudahnya untuk menuruti rasa murka di dalam dada ini ! Tapi aku malah memilih jalan yang lebih sulit, yaitu : melambatkan nafas, lalu menggeram dalam nada datar pada kunyuk-kunyuk itu: "Ada apa dengan tata-krama? Apa susahnya bicara dan berunding ?"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun