Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Greget Di Antara Kita di Jalur Surabaya Jogja

14 Oktober 2014   17:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:04 80 2
Harapan Jaya Maut
Kecelakaan di interchange Waru pk 05.00, Senin (13/10/14). Bus Harapan Jaya AG 7900 UR terguling. Data yang dihimpun SSFM, bus keluar terminal menuju tol waru. Diduga hilang kendali karena masalah stir atau rem blong. Bus yang ngebut ini menghantam PJU hingaa terguling. (ras) (sumber: suarasurabaya.net)

Sebagai pelanggan pengguna jalur Surabaya - Yogyakarta, kalau tidak pernah dipepet bis dari po manapun rasanya kurang greget..Hahaha... Merupakan sesuatu yang, saya bilang wajar, jika terjadi banyak kecelakaan, dimana bis umum sering terlibat. Akan tetapi apabila hal ini terus menerus terjadi apa teman - teman  ndak takut dapat fatwa  dari MUI, yang berfatwa bahwa "naik bis itu makruh(atau bahkan haram), karena naik bis itu membunuhmu"

Faktor Subyektifitas Bis Sendiri

Sebagamana teman - teman ketahui bahwa bis umum pasti dapat dijejali berpuluh - puluh orang dengan beragam kepentingan, dari yang hanya mengisi waktu luang dengan memacu adrenalin, bersilaturahmi, berdinas, bahkan ada yang dalam rangka tugas pengamanan negara (tentara naik bis). Dari hal ini sudah selayaknya bahwa bis umum memang seharusnya mendapatkan prioritas utama dalam mendapatkan akses (menurut sopir, kernet, kondektur, dan pedagang tahu asin)

Dari segi teknis,  cockpit bis memiliki jarak pandang yang lebih leluasa apabila dibandingkan dengan kendaraan pada umumnya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap psikologis pak supir dalam mengambil keputusan. Selain itu kondisi mesin dan rem yang masih prima (sekali lagi menurut crew nya bis) akan mempertebal mental pak supir dalam menelikung kendaraan yang dirasa menjadi obstacle dalam perjalanan.

Dari segi teknis diluar bis, sebagai pengguna jalur Surabaya - Jogja sudah menjadi tontonan yang membosankan apabila kita dalam posisi dibelakang truck yang panjang, dan besar, dan lambat sekali. Belum lagi kalau oknum truck yang saya sebutkan diatas ternyata sangat kreatif, sehingga ban yang seharusnya memiliki masa pakai sekian bulan dapat diekstensi menjadi sekian tahun dengan sedikit modifikasi pada permukaannya. Akibatnya ... bluss.... truck harus berhenti ditengah padatnya jalan. Selain masalah ini, masih juga terdapat masalah regulasi dari pemilik PO itu sendiri yang kalau tidak salah dengar, terdapat sistem setoran dan sistem waktu. Dimana sistem setoran berarti siapa dapat banyak penumpang dia yang makmur dan sistem waktu yang notabene tidak terlalu memacu sebagaimana sistem setoran, akan tetapi sistem ini memiliki batasan waktu untuk setiap armadanya serta berlaku denda bila tidak tepat waktu

(Kembali ke pak sopir bis) Hal - hal diatas tentu saja semakin menajamkan nafsu pak sopir dalam menjadi yang terdepan.

Ketidakpahaman penulis terhadap sistem yang telah berlaku

Menurut hemat saya, seharusnya dengan kondisi seperti ini pemerintah sebagai pengambil kebijakan segera mengambil tindakan. Misalnya dengan membuat undang - undang mengenai angkutan jalan atau undang - undang salip - menyalip pada bis umum sehingga berita kecelakaan bis dapat setidaknya berkurang. Selain itu peran dari dinas - dinas terkait saya rasa masih sangat minim. Lama - lama saya merasa kasian terhadap polisi yang susah payah hanya bisa menindak pelanggaran demi pelanggaran dan berusaha melayani para pengguna jalan, tanpa ada upaya nyata dari dinas terkait dalam mengatasi permasalahan ini.

Apakah sistem yang berlaku memang dikehendaki seperti sekarang ini atau tidak, hal ini sangat menggelitik dimana para pejabat hanya bisa titip salam "Saya turut prihatin akan musibah yang terjadi". Padahal mereka sangat menyadari bahwa hal - hal seperti itu masih berada dalam tanggungjawabnya dan sayangnya mereka hanya menyebutnya sebagai musibah.

Semoga dengan tragedi ini, pemerintah segera mengambil langkah cepat dan efektif agar tidak terjadi greget diantara kita di jalur Surabaya Jogja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun