mengenalmu hari ini hanya dari catatanmu di buku itu.
sama halnya ketika aku mengenal Wahib.
imajinasi ini bermain dengan sosokmu yang idealis.
Aku ingin menemuimu.
Gie..
Walau kutelanjangi SEMERU pun aku tak bisa mendapatkan dirimu.
Hanya harum parfummu yang mungkin akan kurasa.
Karena hanya itu yang kau sisakan bagi kami.
Ranu Kumbolopun tak mampu menceritakan sosok dirimu.
Meski aku tahu, dia pun ikut tertunduk ketika mereka memapah dirimu turun.
Aku hanya ingin menemuimu.
Gie..
Kau muda, Dan sekarang masih muda.
Mungkin karena negeri ini tak ingin kehilangan "kemudaanmu".
Maka cara itu yang berlaku.
Yah.. dengan mati muda.
Tapi aku yakin kau masih disana, namun tak berjasad.
Gie...
Andai kau bersama kami hari ini.
Kau pasti akan tertawa dengan kisah negeri sekarang ini.
"Mereka" yang dulunya seperti aku ini,
Yang mengelukan dirimu dan catatanmu.
kembali menikam diri sendiri.
Melacurkan diri demi sebuah NAMA.
Gie...
Andai kita bertemu malam ini,
Kuingin bertanya tentang idealis yang terus kau pekikkan.
Benarkah idealis itu hanya sampai di ujung Toga dan tak lebih dari itu..?
Akupun tak menjamin diriku.
Gie...
Mustahil menjadi dirimu.
Tapi tak mustahil lahir yang lebih dari dirimu.
Aku tak ingin jadi dirimu, tapi belajar dari dirimu.
Aku ingat pesanmu dalam sebuah puisi..
katamu :
"Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?"
Gie..
kau ingin kami damai..
Tapi tak berdamai dengan realitas kemunafikan MEREKA.
Saling berjabat tangan..
Tapi tak lantas menjilati punggung tangan MEREKA.
Saling berangkulan..
Tapi hanya untuk yang MEREKA marjinalkan.
Gie..
Tak tahu hari esok seperti apa.
Yang jelas aku ingin menemuimu, meski bukan malam ini..
Atau entah setelah bersama disana.
Ladha2nk07fold@gmail.com
(Malang, 250310)