Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Artikel Utama

Subsidi BBM, Setan ataukah Malaikat ?

2 April 2015   12:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:38 103 0


By. Manihot Ultissima (MU)

Membicarakan masalah Subsidi BBM, seperti membicarakan goa Salukkan Kallang di Maros Sulawesi Selatan yang terkenal itu, terlihat pintu mukanya, tapi untuk dapat melihat ujungnya, gelap dan susahnya minta ampun.

Pembahasan, resume, kertas kerja, makalah, komentar sampai diskusi-diskusi yang dibuat dan diadakan tentang Duit subsidi BBM selalu saja berakhir dengan koma alias gak jelas apa kesimpulannya.

Subsidi BBM sederhana dalam kata-kata, tapi menjlimet dan gak karu-karuan dalam pelaksanaannya, menurut ahli A yang bergelar Prof DR. PH.D.. Subsidi wajib di cabut dan semua harga diserahkan kepada pasar, tapi satu orang lagi dengan gelar yang hampir sama mengatakan bahwa Subsidi adalah hak rakyat dari Negaranya.

Penerima subsidi yang asli Orang Indonesia tak perduli dia kaya atau miskin, tak perduli dia punya mobil atau cuma sepeda onthel, semuanya kebagian jatah, dan di era sekarang para penerima subsidi diberi gelar bajingan pengemis uang negara yang hidupnya selalu mengeluh dan meminta-minta.

Penerima subsidi-kah yang patut disalahkan dalam kasus ini ? atau pemerintah kita yang tidak becus menjalankan amanah negara di pundaknya ?. kedua-dua pertanyaan ini juga pasti tidak akan mendapatkan titik yang jelas diakhir jawabannya.

Pencabutan subsidi BBM menurut kabar media membuat pemerintah kita memiliki ketahanan dan ruang gerak yang cukup dalam sektor finansial, tapi obrolan rakyat bawah di warung kopi, pasar dan terminal justru berkata sebaliknya, Pencabutan subsidi BBM membuat hidup rakyat makin susah, makin sengsara dan makin terhimpit ?.. yang bener yang mana ?, tentu harus ada salah satu yang benar, atau jangan-jangan kedua-duanya juga benar ?.

Pencabutan subsidi BBM juga menurut kabar dari entah berantah, katanya konon akan dialihkan untuk biaya pembangun infrastruktur dasar rakyat, tapi anehnya iuran BPJS sekarang malah naik, dan pelayanan perawatan di Rumkit gak berubah seperti dulu. Jalan-jalan lobangnya makin lebar cuma ditambal sulam, biaya masuk sekolah tetep mahal, biaya infrastruktur macam apa yang dimaksud kabar gak jelas itu ?..

Ibarat dua sisi mata uang.. Subsidi alias tombokan duit rakyat untuk BBM memiliki efek yang saling berlawanan di satu sisi ia bisa membawa negara ini menuju sorga, disisi lain dia juga bisa dipastikan menjadi neraka buat bangsa dan negara kita, walhasil kedua pilihan menjadi mirip pepatah "ibarat makan buah simalakama, dimakan Ibu yang mati, tidak dimakan Bapak yang mati".

Sebenarnya pernah salah seorang pendekar Bangsa yang bernama Dahlan Iskan mengeluarkan jurus jitu dalam upaya menangkal "efek syaiton" pencabutan Subsidi, beberapa jurus malah, diantaranya dengan sesegera mungkin mengkonversi sumber energi kendaraan motor dari BBM ke Listrik via Mobil dan Motor listrik, Pemerintah segera mengupayakan energi alternatif yang berbasis alam, seperti biomass, sinar matahari, angin, arus laut dan sebagainya, dan lain-lain.

Sayang sekali jurus jitu yang dikeluarkan sang mantan Menteri BUMN menguap begitu saja di blantika pemerintahan republik ini, pemerintahan era Jokowi JK sekarang terlihat "pingin enaknya saja", begitu menduduki kekuasaan, tanpa basa basi apalagi baso sapi, hampir semua jenis BBM dicabut subsidinya, tanpa memikirkan efek nyatanya ditengah rakyat jelata.

Rakyat kecil yang tak tahu apa apa, tiba-tiba saja terperangah manakala harga beras dan sembako lainnya di pasar naik berlipat-lipat.., rakyat juga tiba-tiba heran ketika pergi belanja ke pasar naik kendaraan umum dengan tarip ongkos yang juga naik berpuluh persen.

Maka wajarlah kalau beberapa orang analis mengatakan kalau Subsidi BBM bisa berlaku sebagai Syaiton dan Malaikat sekaligus, tinggal kejelian Pemerintah kita sekarang, apakah akan membuatnya menjadi syaiton yang berefek merusak dan berakhir di neraka, ataukah akan memilih dan membuatnya menjadi malaikat yang inshaallah akan berbuah surga. Wallahu a'lam bishaawab.

Papandayan, 02 April 2015.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun