Pasca mundurnya Gita Wiryawan dari posisi Menteri Perdagangan RI di Kabinet Indonesia bersatu jilid II terhitung 1 Pebruari kemarin, beragam komentar pro kontra berseliweran memenuhi jagat kecil bernama Media Indonesia.
Televisi, Radio, Koran dan media internet dibanjiri berita ini, sampai berbusa-busa, berscene-scene, berlembar-lembar banyaknya. Sungguh kegaduhan yang patut menyita perhatian.
Andai saja Gita mundur jauh hari sebelum gegap gempita skandal import beras yang disangkakan melibatkan kementeriannya, bisa jadi kehebohan tidak akan meledak seperti ini, dan bisa jadi elektabilitas dan pamor Gita di ranah Konvensi Partai demokrat akan naik.
Tapi apa lacur, nasi sudah menjadi bubur, mundurnya Gita kemarin di tengah usaha pelacakan sinyal skandal Import beras Vietnam oleh aparat penegak hukum, justru semakin membuat empati public tenggelam pada Beliau, istilah “tinggal glanggang colong payu”-pun disematkan, cuci tangan cuci kaki menjadi domain tuduhan sebagian besar masyarakat yang dialamatkan kepadanya.
Sambil menunggu proses hukum mulai berjalan, rakyat tentu saja banyak berharap mundurnya Gita dari Kedudukan Menteri Perdagangan, diikuti dengan mundurnya Beliau dari kepesertaan Konvensi PD yang dilakoninya, selain untuk membuktikan kepatuhannya terhadap hukum, juga menjadikan ajang konvensi Capres Demokrat tidak terkotori oleh stigma negatif terhadap sebagian pesertanya.
Meskipun bisa jadi kedepan, pembuktian hukum menyatakan bahwa kementerian Perdagangan dibawah kepemimpinan sang menteri Gita Wiryawan tidak tersangkut paut dengan skandal ini, ekspektasi rakyat minimal telah terpenuhi dan momentum ini akan menjadikan Gita memiliki power yang cukup untuk mengubah sejarah Indonesia nanti di 2019.
Yang sekarang justru menjadi bahan pertanyaan dalam benak penulis adalah, Gita Wiryawan mundur kena dampak Skandal Beras, lalu kenapa getahnya bisa menempel pula ke Dahlan Iskan?.
Memang tidak bisa dipungkiri, Dahlan Iskan selain kolega dekat Gita Wiryawan di KIB jilid II, juga sama-sama sedang bertarung memperebutkan kursi Capres Demokrat, bedanya kalau Gita Wiryawan mundur dengan alasan yang seperti itu, apakah Dahlan iskan juga harus ikut mundur dengan alasan yang sama ?.
Tentu tidak bukan !, Dahlan Iskan kita sama ketahui adalah satu-satunya menteri yang prestasinya paling moncer di KIB Jilid II, Prestasi dan kinerja Beliau tidak usah dipertanyakan, dari mulai menyelamatkan BUMN “mayat hidup”, sampai swasembada beras, swasembada garam, meningkatkan harkat martabat BUMN dimata rakyat Indonesia dan sekaligus dunia, dan masih seabrek lainnya.
Adalah sangat tidak bijaksana kalau karena “nila setitik rusak susu se belanga”, karena Gita mundur lantas Dahlan iskan harus disamakan seperti itu. Pola pikir yang sangat-sangat sederhana, sama persis seperti menyederhanakan masalah, Kalau Gita Mundur maka SBY yang notabene ketua KIB juga harus mundur ?.
Justru kehadiran Dahlan Iskan sebagai Menteri BUMN harus terus dipertahankan sampai detik akhir pluit pergantian tapuk kepemimpinan dilaksanakan, bahkan Kalau Dahlan Iskan berhasil “menjemput takdirnya”, tentu saja semua carut marut kisruh ini menjadi tanggungjawab penuhnya, nanti setelah selesai pelantikan.
Dahlan Iskan di Kementerian BUMN sekarang ini adalah roh-nya, Dahlan Iskan di Kementerian BUMN sekarang ini adalah nyawa, kalau roh dipaksa untuk mundur, apakah justru BUMN nanti malah yang akan ikut dikubur ?.
Pembaca tentu sangat tahu, tonggak kemapanan BUMN sekarang ini ada dibawah pengawasan Dahlan Iskan, kalau BUMN ditinggalkan sekarang tanpa kejelasan dan pengawasan Beliau, maka kemunduran Beliau dari BUMN sekarang ini bisa menjadi kemunduran dari BUMN-BUMN yang tengah berusaha bangkit dari keterpurukan.
Lain halnya jika mundurnya Dahlan Iskan dikarenakan Beliau harus dilantik jadi Presiden RI ke-7, maka publik tentu sangat bergembira, karena BUMN tidak akan lepas dari pengawasan, dan semua bidang yang selama ini butuh perbaikan, akan mendapat sentuhan dan sentilannya.
Beda halnya jika Dahlan Iskan mundur karena naik jabatan menjadi Presiden, rakyat tidak akan khawatir akan nasib BUMN yang sekarang sedang berada di puncak semangatnya, sekaligus ekspektasi besar rakyat akan hadirnya perubahan mendasar di jantung Republik ini akan mendekati kenyataan.
Jadi sekali lagi, biarkan Gita saja yang mundur dari Kementerian Perdagangan, bahkan kalau mungkin mari sarankan kepada Beliau untuk mundur dari Konvensi PD. Perkara Dahlan Iskan, tidak perlulah kita ramai-ramai menyuruh beliau ikut-ikutan mundur, bahkan seharusnya Rakyat mendukung keinginan dan kerja keras Presiden SBY dan Dahlan Iskan di Kementerian BUMN, sampai detik akhir.