Mohon tunggu...
KOMENTAR
Halo Lokal Pilihan

Tetap Selow, Warga Cilegon Punya Prediksi Kearifan Lokal Kapan Terjadinya Tsunami

3 Desember 2021   01:02 Diperbarui: 3 Desember 2021   01:09 1033 6
Awal Desember, media online ramai-ramai memberitakan akan adanya gelombang laut atau tsunami yang akan menghantam daratan Kota Cilegon dengan ketinggian mencapai 8 Meter. Tsunami bakal terjadi bertepatan pada kisaran liburan natal dan pergantian tahun.

Saya sebagai salah satu warga Kota Cilegon cuma senyum-senyum saja membaca tautan berita online yang terus tersebar di sejumlah grup WhatsApp.

Judul-judulnya emang bombastis dengan memunculkan tsunami 8 Meter. lalu pernyataan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, memperingatkan adanya potensi tsunami di Cilegon itu pun tidak membuat masyarakat gampang panik.

Salah satunya saya dan bersama kawan-kawan yang sedang nongkrong di emperan warung kopi di dekat tugu Landmark Cilegon.

Peristiwa tsunami melanda daratan Kota Cilegon paling dahsyat pernah terjadi di tahun 1883, ketika Gunung Krakatau meletus dan membunuh ribuan orang.

Sementara ketika Gunung Anak Krakatau kembali berulah tiga tahun lalu, tsunami tidak sampai ke pantai di Kota Cilegon.

Lalu, kenapa kini saat ada prediksi yang dikaji secara ilmiah justru banyak  warga Kota Cilegon tetap Selow dan seolah itu cuma berita yang dibesar-besarkan saja?

Saya tidak bermaksud menyepelekan ilmu dan teknologi modern saat ini, cuma ya, masyarakat Kota Cilegon meski dekat dengan aktifitas pabrik industri modern masih percaya hal-hal yang tidak bisa diukur dengan logika.

Masih selow merespon prediksi tsunami bukan berarti mengingkari peringatan BMKG, warga Kota Cilegon juga memiliki pegangan kepercayaan terhadap keilmuan yang berorentasi kearifan lokal.

Inilah kenapa warga Cilegon tetap Selow dengan berbagai alasannya.

1. Masih Percaya Ilmu Hikmah
Bencana dan segala sesuatu yang terjadi biasanya akan muncul melalui tanda-tanda alam. Ketiak BMKG mengeluarkan prediksi, hampir mirip-mirip dengan ramalan, warga Kota Cilegon juga memiliki kepercayaan terhadap orang-orang Soleh yang punya ilmu hikmah dengan prediksi-prediksinya.

Ilmu hikmah disini bukan berarti dukun. Tapi orang-orang saleh yang memiliki kemampuan untuk bisa membaca alam sekitar, sehingga biasanya akan memunculkan sebuah gambaran yang akan terjadi. Biasanya, tidak sedikit, para pemilik ilmu hikmah itu tidak salah dengan prediksinya.

Selain Ibu Dwikorita Karnawati yang punya prediksi, sejumlah orang-orang saleh, atau mungkin ada dukun, belum ada yang kasih peringatan akan kesamaan prediksi tersebut.

Wajar jika kemudian warga Cilegon masih selow dan santai saja membaca berita peringatan tsunami tersebut. Belum ada prediksi dari orang-orang Soleh. Semoga prediksi tsunami tidak terjadi dalam waktu dekat ini.

2. Masih Ramai Suara Adzan
Warga Kota Cilegon masih terbilang sebagai orang yang religius dalam memeluk Islam.  Salah satu kepercayaan akan adanya bencana bisa dilihat dengan tidak adanya adzan atau banyak kedzaliman yang terjadi.

Kota Cilegon bukan berarti kota yang suci. Tapi ketika suara adzan di lima waktu terus berkumandang, warga Kota Cilegon percaya bencana besar tidak akan terjadi.

Ribuan masjid dan musolah masih ramai dengan suara adzan dan sholawat, serta masih banyak orang yang menunaikan shalat menjadi pertanda bahwa Kota Cilegon masih dilindungi dari marabahaya, termasuk tsunami dengan ketinggian 8 Meter.

Musibah berupa bencana besar tidak lepas dari sejarah masa lalu, yaitu berupa adzab kepada sebuah umat yang tidak beriman dan kisahnya diabadikan dalam ayat Al-Qur'an.

Jika masih banyak terdengar suara adzan dan banyak yang taat beribadah, maka Kota Cilegon diharapkan tetap terlindungi. Prediksi terjadinya tsunami atau bencana besar lainnya masih lama dengan masih banyaknya orang yang beriman dan beribadah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun