Sebelum namanya booming sebagai Duta Baca, Gol A Gong memiliki latar belakang sebagai penggiat literasi maniak, novelis, penyair dan traveler sejati. Dua tahun mengelilingi Indonesia (1985-1987), lima puluh hari (1990) menyusuri Singapore-Bangkok dengan bersepeda dan napak tilas ke dua puluh negara: Singapura, Malaysia, Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam, Kamboja, Jepang, Taiwan, Bangladesh, Bhutan, Nepal, Pakistan, UAE, Qatar, Saudi Arabia, Mesir, Hongkong, Jerman dan Timor Leste menjadikannya matang dalam perjalanan. Matang dalam artian kaya akan wawasan dan pengalaman.
Ibarat berenang sambil meminum air; sekali dayung melewati dua pulau, tidak sedikit traveling yang dilakukannya mengantarkan beliau pada kegiatan riset lapangan, berjumpa keluarga baru dan menemukan ide untuk menulis. Di samping, traveling itu berhasil mengisi ceruk hati beliau dengan berbagai perasaan yang memukau dalam setiap perjalanan yang telah dilaluinya.
Apa hasilnya? Novel perjalanan, catatan perjalanan dan puisi perjalanan terlahir dari tangan kreatifnya. Penuangan ide kedalam sebuah tulisan hingga menjadi buku itu pun beliau lakoni melalui proses yang terbilang ulet dan gigih. Meski lintas zaman, proses itu beliau tekuni dengan onfire.