Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kajian Keluarga: Siapakah Keluarga Allah?

17 November 2022   09:41 Diperbarui: 17 November 2022   09:47 232 2
Kajian keluarga sesi dua telah dihelat pada Sabtu (12/11/2022) kedua di bulan pahlawan. Kajian ini bertempatkan didua tempat, yakni teras TK dan musala Baitul Qur'an Tulungagung. Tepatnya, area teras TK dihuni oleh wali santri perempuan sedangkan area musala ditempati oleh para wali santri laki-laki.

Seperti biasanya, partisipan dalam acara yang dikhususkan untuk wali santri ini didominasi wali santri perempuan. Sementara wali santri laki-laki yang berpartisipasi dalam acara hanya segelintir orang. Kendati demikian tentu saja fakta itu harus tetap disyukuri, karena masih ada wali santri yang terketuk hatinya untuk mengambil bagian dan haknya yang harus dicari.

Alasan utamanya, bagaimanapun tujuan acara ini bukan soal ketimpangan jumlah gender partisipan melainkan perihal wawasan pengetahuan, menata haluan dan titian langkah bersama untuk menggapai mimpi gemilang di masa depan. Kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Dalam kajian ini, ustadzah Robiah Al Adawiyah, Lc. selaku direktur Tahfidzul Qur'an Baitul Qur'an Tulungagung sekaligus pengasuh pondok pesantren Ar-Raudhah tampil sebagai penyaji materi. Adapun tajuk yang didedahkan pada kajian kali ini ialah Siapakah Keluarga Allah?

Disebutkan oleh beliau, bahwa salah satu keluarga Allah SWT di dunia adalah para penghafal Al-Qur'an. Yang familiar khalayak sebut dengan istilah hafidz, hafidzah atau hufadz. Sebagai pemantik, beliau mengangkat sirah kehidupan dan perjuangan sosok Imam Bukhari dalam menghafal Al-Qur'an dan hadits.

Disebutkan bahwa dalam proses menghafalkan Al-Qur'an dan hadits yang dilakukan oleh Imam Bukhari tidak lepas dari tradisi pendidikan dan lingkungan keluarga yang mendukung sewaktu kecil. Bahkan orang tuanya dengan sengaja menyetting ruang lingkup dalam kehidupan sehari-hari keluarganya yang mendukung untuk menjadikan putranya sebagai hufadz dan muhaditsin.

Dari sirah tersebut, kita mampu mengambil ibrah bahwa untuk mencetak generasi Qur'ani sekaligus para hufadz juga harus didukung oleh tradisi dan kebiasaan hidup yang sehat, halal dan baik. Kebiasaan sehat, halal dan baik itu berlaku untuk segala aspek yang bersangkutan dengan kebutuhan hidup kita. Sandang, pangan dan papan. Untuk lebih mudah, sebutkan saja proses itu dengan sikap wara' dan 'iffah.

Bersikap wara' dan 'iffah di era modernitas dan disrupsi ini memang memiliki tantangan tersendiri. Hiruk-pikuk kehidupan yang dihiasi oleh teknologi digital mutakhir dan globalisasi menjadikan upaya mencetak generasi para hufadz harus benar-benar ekstra dipantau secara intensif. Terlebih-lebih dalam hal food, fun dan fashion yang digandrungi oleh sang anak.

Dari sisi food, di zaman ini sangat banyak makanan yang tampak sehat, dan baik akan tetapi justru membawa madarat. Sebab aspek kehalalannya yang masih patut dipertanyakan. Atas dasar ini pula maka selaiknya orang tua mengontrol dan meninjau setiap makanan yang dikonsumsi oleh sang anak.

Poin penting yang harus diperhatikan juga, jangan sampai orang tua memberikan rezeki (makanan) yang bersumber dari uang yang subhat atau haram. Sumber rezeki ini juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kemudahan belajar dan menyerap hal-hal baik yang dilakukan sang anak. Termasuk dalam proses menghafalkan Al-Qur'an.

Aspek fun juga penting untuk diperhatikan. Jangan sampai sang anak luput akan waktu yang telah dijadwalkan untuk mendidik dirinya. Fun di zaman sekarang juga harus benar-benar dibatasi dan ditelaah oleh orang tua sebab tak jarang jenis fun dalam arti bermain game yang tidak layak mainkan dan dipertontonkan sebab melanggar hukum sara. Bimbinglah anak untuk mencari fun dalam hal yang positif dan menopang kesehatan mental dan fisiknya.

Tidak ketinggalan, para orang tua juga harus sangat berhati-hati dalam hal memilih fashion sang anak. Utamanya perempuan. Derasnya arus hilirisasi industri fashion kian congkak dan tak sedikit yang melanggar aturan berpakaian layaknya seorang muslimah. Bahkan tidak sedikit, pakaian muslimah akan tetapi model pakaiannya menampakkan bagian aurat. Kekurangan bahan dan bertabrakan dengan kode etik pakaian muslimah.

Oleh sebab itu, melalui kajian keluarga ini sebenarnya lembaga sedang menata langkah bersama dalam membentuk keluarga Qur'ani yang ideal. Proses sinergi: penyaman visi, misi dan cita-cita serta persepsi di antara para wali santri dan lembaga penting dilakukan sebagai ajang saling memotivasi dalam mewujudkan lingkungan yang mendukung potensi para hufadz.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun