PK yang dapat diartikan "mabuk" adalah sebutan baginya dari masyarakat Delhi. Sebutan PK ini ia dapatkan saat berusaha mencari Tuhan untuk meminta tolong mengembalikan remote control miliknya. PK datang hampir ke semua rumah ibadah milik semua agama yang ada di Delhi. Kuil, Gereja, Masjid dan tempat persembahan ia datangi untuk mencari Tuhan yang menurutnya hilang.
Pencarian Tuhannya ia selesaikan saat muncul pertanyaan "kenapa ada cara beribadah yang berbeda dari pemeluk agama?" pertanyaan ini muncul karena ia melihat realita satu agama sangat jauh berbeda dengan agama yang lainnya. Saat masuk kuil, umat Hindu dilarang memakai alas kaki, namun ketika masuk Gereja umat kristiani memakai sepatu mengkilat nan bersih. padahal kuil dan hindu sama-sama tempat ibadah. Pertanyaan sederhana itulah yang muncul di benaknya.
Lalu tingkah polahnya diperhatikan oleh seorang wartawan sebuah televisi Anushka Sharma (Jaggu). Karena bertingkah tidak seperti orang pada umumnya, Anushka berniat untuk dijadikan sebuah program TV. Tujuan terbesarnya adalah untuk menjatuhkan seorang konsultan religi yang sangat diminati saat itu. Bahkan ayah dari Anushka Sharma sendiri adalah pengikutnya. Namun sayangnya, ia adalah orang yang menyalahgunakan remote control milik PK.
Persaingan di media televisi pun berlangsung panas, hingga akhirnya sang konsultan mengajak untuk didudukan bareng dalam sebuah acara talkshow. Disitulah ending dari Film tersebut, PK berhasil mengungkap kebenaran yang tidak lain adalah ramalan yang salah yang disampaikan oleh sang konsultan tersebut.
sebenarnya, filmnya jauh lebih seru dibanding tulisan ini. Filmnya berisi penuh dengan adegan komedi namun penuh makna filosofi. Bumbu percintaan pun dihadirkan antara Jaggu dengan Safaraz yang seorang Pakistani. Juga antara PK dan Jaggu. Sangat menghibur, itu kesimpulan akhirnya. Penuh Inspiratif, memang ciri khas dari film Amir Khan ini.