Walau terasa berat hati dan kaki melangkah pada akhirnya sebagai pendatang kami harus tinggalkan juga Mekkah. Dengan tiket ditangan dari Mekkah kami harus ke Bandara Jeddah. Jarak yang harus kami tempuh ke Bandara Jeddah seratusan kilometer lebih. Perlu waktu hampir 1 jam setengah untuk sampai di Bandar Udara King Abdul Aziz Jeddah.
Kini pemerintah Kerajaan sedang membangun jalan baru yang akan memperpendek jarak tempuh dari Mekkah ke Bandara Jeddah. Jalan yang melewati daerah Briman ini selain akan memperpendek jarak Mekkah-Jeddah dengan sendirinya akan mengurangi kepadatan jalan bebas hambatan Mekkah-Jeddah yang sudah ada.
Saya pernah dengar pemerintah Kerajaan Saudi merencanakan membangun Bandar Udara di Mekkah. Ketika saya tanya tetangga sopir taksi yang mengantarkan kami ke Bandara Jeddah, menjawabnya "tidak mungkin di Mekkah dibangun Bandara lantaran arealnya yang bergunung-gunung". Oh, rupanya dia ga pernah baca Koran.
Soal kontur Mekkah yang bergunung-gunung bukan masalah buat Pemerintah Kerajaan untuk merealisasikan berdirinya Bandara di Mekkah.
Dengan dibangunnya Bandara Mekkah nanti sebagian jamaah haji bisa langsung mendarat di Mekkah dari Negaranya masing-masing, ini sangat menguntungkan setidaknya bisa mengurangi sedikit kepenatan para jamaah. Bandara Mekkah nanti tentu bisa mengurangi kepadatan Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Padahal di Jeddah sendiri sedang dibangun Bandara yang lebih canggih dengan kapasitas yang lebih besar dari bandara lama.
Dengan banyaknya penziarah umrah maupun haji, Mekkah bisa mensejahterakan penduduknya. Tetangga saya Ahmad kehidupannya kini makin makmur. Ahmad yang beristrikan orang Madura kini punya penghasilan lebih dari memadai dengan melayani katering para penziarah. Hamid juga tetangga saya selain menyewakan rumahnya kesehariannya hanya bermodalkan sebuah taksi saja bisa menghidupi anak-anak beserta dua istrinya.
Abdullah yang mengantar saya ke Bandara Jeddah ini juga tetangga saya lebih memilih pensiun muda dari dari kesatuan Pemadam Kebakaran. Abdullah yang beristrikan seorang guru dengan dua anak kesehariannya kini cukup santai dengan naksi saja.
Mekkah yang mulia. Bukan cuma penduduk lokal saja yang kebagian enaknya. Bisa lihat pada musim haji banyak warga Indonesia yang berbisnis. Ada yang berdagang oleh-oleh haji, melayani katering atau yang gelaran berdagang penganan sampe yang broker-an kambing dam.
Mekkah yang mulia.....Kami merindu.