Setiap orang punya nasib dan keberuntungannya masing-masing sesuai dengan yang digariskan Yang Maha Kuasa. Sebagai TKI yang tinggal dan bekerja di Mekkah saya merasa beruntung dan patut mensyukurinya. Keberuntungan atau barokahnya tinggal di Mekkah setiap musim haji atau umrah seperti Ramadhan kemarin. Ada saja sanak-keluarga, handai-tolan yang datang ke Mekkah.
Ini sekedar catatan pribadi yang tidak terlalu penting. Bagaimana keseharian kami sebagai TKI yang tinggal dan bekerja di Mekkah saat-saat musim haji.
Bukan mengajak untuk melupakan kasus PRT yang menghebohkan kemarin. Hanya sekedar berbagi info.
Musim haji tahun ini saya kedatangan keluarga Mamanya Reyhan yaitu Mamang dan Tantenya. Serta adik perempuan saya bersama suaminya. Cukup beruntung Paman dan Tantenya Mama Reyhan. Keduanya tergabung dalam Kelompok Terbang atau Kloter 4 Jakarta. Mereka bersama Kloter dari daerah lain menempati rumah nomor 612. Di daerah Taysir, Jarwal. Rumah nomor 612 bukan sembarang rumah kesehariannya adalah hotel berbintang, dengan 3 tower yang cukup mewah. Pasilitasnya cukup memadai. Ruangan lobynya saja begitu luas cukup kiranya buat anak-anak bermain bola.
Untuk jamaah dari Jakarta seperti Mamang dan Tantenya Mama Reyhan ada layanan transfortasi ke dan dari Masjidil Haram. Serta konsumsi makan siang dan malam yang merupakan servis dari Pemda DKI yang sudah berjalan beberapa tahun. Ini sempat membuat iri jamaah haji dari daerah lain.
Fauzi Bowo alias Bang Foke barangkali lupa ya kalau ini merupakan keistimewaan kontingen haji DKI. Atau Bang Foke tidak merasa ini bukan merupakan prestasi Pemda DKI yang dipimpinnya dalam melayani warganya yang naik haji. Sehingga tidak sedikitpun Bang Foke maupun Timsesnya yang menyinggung-nyinggung hal ini selama Pilkada kemarin.
Semoga dimasa Pemerintahan Jokowi nanti servis terhadap jamaah haji DKI akan tetap ada bahkan bisa lebih ditingkatkan lagi.
Adik saya beserta suaminya yang tergabung dengan Kloter 9 Jakarta menempati rumah di daerah Maabdah mereka juga mendapat konsumsi yang juga merupakan servis Pemda DKI. Selain mendapat makan mereka juga mendapat layanan transportasi ke dan dari Masjidil Haram seperti halnya jamaah haji DKI lainnya.
Ada sedikit catatan ketika saya hendak menyambangi adik di pondokannya. Kami tidak diperkenankan untuk mandatangi kamarnya. Seperti ada kecurigaan. Apapun alasannya penjaga hanya mengizinkan kami bertemu di loby padahal lobynya kurang memadai karena tanpa pendingin udara.
Saya pribadi bisa memahami, ini adalah dampak buruk dari beberapa gelintir Mukimin yang ambil kesempatan cari keuntungan tapi merugikan Jamaah. Terlalu ekstrim kalau saya katakan buntung. Paling tidak sedikit apes yang kami alami sebagai TKI Mekkah akibat dari ulah segelintir Mukimin. Karena nila setitik rusa rusak susu sebelanga. Itu kata pepatah.
Walau sedikit repot karena setiap musim haji volume pekerjaan juga meningkat. Tapi kedatangan keluarga yang naik haji merupakan kebahagiaan tersendiri. Sebagai obat rindu tanah air.