Dalam menjalani dinamika kehidupan, seringkali kita menyalahkan tuhan dalam ketidak sesuaian ekspektasi dalam benak kita. Namun sebaliknya "pabila nikmatnya yang kita rasakan sesuai, kerapkali kita yang hobi melupakannya."
Fenomena ini sering kali kita temui disekeliling kita bahkan kita sendiri yang kerap kali menjadi pelakunya.
Rasa syukur menjadi menyebab awal dari keterkekangan pikiran kita dari nikmat-nya yang tak pernah libur menyirami kita. "Kebergantungan kebahagiaan kita kepada sesama ciptaannya sama halnya menyimpan kekecewaan yang takkasat mata."
Karib saya pernah berkata "Selama rasa rasa yang kau rasa besertamu, maka tuhan tak lagi bersamamu atas rasamu." Jika keasyikan dalam menikmati hidup kita rasa, semata karna  diri kita sendiri, maka itulah penyebab awal dari kekecewaan kita jika keasyikan itu tak abadi, karna tak sepantasnya kita sebagai ciptaannya mensanndarkan keasyikan dalam menikmati nikmat-nya semata karna diri sendiri.
Maka jikalau kita menghendaki asyiknya dalam menikmati kenikmatan hidup yang abadi, sepantasnya kita tak menjauhkan diri dari sang ilahi.
Imam as-syibli berkata