Kalau diibaratkan seni kulineran, campur aduk gaya berbahasa mengingatkan saya pada jenis makanan yang diberi nama Magelangan. Nasi goreng dan mie goreng yang diramu jadi satu dengan bumbu dasar gurih yang sama. Nasi mawut, nasi gila kadang beberapa orang menyebutnya. Mawut, identik campur aduk semrawut tetapi rasa dilidah tak bisa bohong, enak banget.. pedas hangat dan mengenyangkan. Apakah bahasa campur aduk ala anak Jaksel juga terasa sedemikian rupa?
KEMBALI KE ARTIKEL