Secangkir kopi hitam tak terlalu pekat terhidang di meja saya. Disajikan dalam cangkir porselen putih polos. Satu sachet kecil gula pasir menemaninya. Pramusaji menyebut minumanku sebagai Kopi O, perbandingan kopi  & air nya 50 : 50. Saya melihatnya sih kopi hitam biasa. Mungkin karena bukan ahli dan sekedar penyuka kopi, saya nggak tahu bedanya di mana, sepertinya kok sama saja. Yg jelas, begitu terhidang, memang aroma kopi tercium harum dan tegukan pertama langsung terasa hangat, nikmat. Betul betul membangkitkan mood yang tercerai berai oleh hujan seharian penuh di Semarang.
KEMBALI KE ARTIKEL