Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Monolog

10 Juli 2019   00:14 Diperbarui: 10 Juli 2019   00:37 56 1
Percakapan kami sore itu....

"Diabaikan ? Sering. Diremehkan ? Berkali-kali. Dianggap tak ada ? Bukankah memang selama ini begitu ?"

Dan kau tidak marah ?

"Apakah harus marah ?"

Tentu ! Bukankah kau punya harga diri ? Kalau jadi dirimu, pasti aku ngamuk.

"Lihat aku baik-baik. Bagaimana diriku menurutmu ?"

Hmm...kau cantik, cerdas, punya banyak bakat.

"Apa aku nampak sakit ?"

Tidak.

"Menderita ?"

Sama sekali tidak

"Apa aku nampak sehat ?"

Tentu...makanmu banyak, kau nampak menikmati hidup.

"Jadi sudah jelas kan ?"

Aku tak paham

"Sudah jelas bahwa diabaikan, diremehkan & tak dianggap itu tidak akan membunuhku. Jadi kenapa memusingkan hal-hal yang tidak membahayakanku ?"

Dia manggut-manggut.

"Dengar. Kehidupanmu berpusat pada dirimu sendiri, bukan yang lain. Kebahagiaanmu ada di tanganmu sendiri"

Dia mengangguk, lagi.

"Satu hal lagi"

Apa itu ?

"Hidup ini seperti permainan.  Dalam skema besar, kita hanya setitik debu yang melayang-layang di angkasa. Hidup kita ibarat sekedar kedipan mata dalam luasnya alam semesta.  Jangan menganggap diri terlalu serius"

"Kariiin.....cepetan makan ! Keburu makanan dingin, ibu nggak mau manasin lagi ! Capek " tiba-tiba suara ibu terdengar sangat keras, membuyarkan percakapan kami. Aku melambaikan tangan ke arahnya, kamipun berpisah.

Di meja makan, sambil mengunyah makanan dengan perlahan, tiba-tiba ayah bertanya dengan nada pelan, "Karin....apakah kebiasaanmu bicara dengan cermin masih belum kauhentikan ?"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun