Sebenarnya kesangsian terhadap eksistensi ketuhanan dimulai dari kesangsian terhadap determinisasi pemikiran. Mereka mencoba mengolok-olok dengan cara melegacykan setiap kehendak bebasnya kepada determinannya yaitu taqdir dan berakhir kepada pemilik taqdir. Mereka memulainya dengan mencoba mencari kecacatan terhadap konstruksi penyusun absolut dari sebuah keyakinan eksklusif yang di anggapnya sebagai sebuah pemikiran yang kaku dan pasif.
KEMBALI KE ARTIKEL