Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Kopdar Daun Pelangi

6 Oktober 2010   02:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:41 255 0
[caption id="attachment_280122" align="aligncenter" width="480" caption="Me-Jing-Ku-Hi-Ru-La-Ngu ©Mamak Ketol™"][/caption] Si Merah, si Kuning, dan si Hijau … Saling memandang, dan saling terpukau Ternyata masih ada banyak warna yang kemilau Terhampar dihadapanku me-jing-ku-hi-ru-la-ngu Di kopdar Kompasiana yang biru The falling leaves Drift by the window The autumn leaves All red and gold Satu-persatu Ke bumi, luruh dedaunan itu Tak ada lagi ragu Merah, keemasan menanti musim salju I see your lips The summer kisses The sunburned hands I used to hold. Kuingat-ingat perkataan di tulisanmu Kini kudengar setiap kata yang keluar dari mulutmu Ada yang sejalan dan konsisten, ada yang semu Semua menjadi pemahaman baru Tak peduli apakah daun itu segar atau layu Selebar daun kelor, atau daun ubi kayu Karena orang lebih menilai perbuatanmu Dibanding bentuk fisik, dan kata-kata manismu [caption id="attachment_280131" align="aligncenter" width="480" caption="Penggalan lirik lagu "Autumn Leaves". Fotonya ©Mamak Ketol™"][/caption] Sarimin duduk termangu Menunggu Pak Mantri periksa “anu” Duh aduh sungguh terlalu Sarimin dikatakan “banci” dan kemayu? Si Cemen menangis sendu Sudah berwindu-windu Rencana demi rencana menjadi prioritas nomor satu Perlahan-lahan memudar satu persatu STC, BakSos, dan rencana menerbitkan buku Sudah berjalan, namun nyaris menemui jalan buntu Mutiara hilang, tenggelam dikeroyok proyek buku baru Mudah-mudahan tak menjadi batu Pemuka agama, pakar seks, penebar bahasa kasih yang sekarang lebih giat berdoa pun akhirnya berseru: Kalau Tuhan memberi restu Akan lancar dan laju Seluruh rencanamu! Pak Admini mungkin bukan tokoh yang patut ditiru Punya traktor Pentium satu Lelet seperti ulat bulu Hujan hadiah jadi hujan makian dengan tanda seru! Di pojok dada si Citra bergemuru(h) Pohon tinggi kerap ditiup bayu Kalau pencitraan menjadi rancu Salahkah penonton yang menggelitikmu? Hai Sarimin, monyet berbulu Coba lihat permukaan air di kolam itu Sudahkah kau lihat wajahmu? Sesungguhnya … itulah WARNAMU.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun