Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Merekam Video Seks Tanpa CD, Bisakah?

11 Juni 2010   11:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:36 851 0
[caption id="attachment_164436" align="aligncenter" width="480" caption=""Bermesraan" ©Mamak Ketol™"][/caption] [caption id="attachment_164427" align="alignright" width="300" caption="Sarimin memendekkan "tongkat" ©Sarimin "][/caption]

Setelah Sarimin Goes to London, Sarimin Tak Lagi Perlu ke Pasar. Akan tetapi, sejak ketahuan mencuri BB, dan terbukti telah memendekkan tongkat seperti tampak dalam gambar, Sarimin memilih untuk bersemedi di Ubud.

Berita-berita heboh dari Negeri Para Bedebah (NPB) cukup membuat Sarimin gerah. Bedebah-bedebah tampak seperti cacing kepanasan. Hot hot hot! Mulai dari bedebah yang mengkritik program TV negeri bedebah yang suram, dan tidak mendidik sampai pada bedebah yang mengecam internet dan Kompasiana dengan segala plus-minusnya itu kini telah termakan oleh omongannya sendiri.

Acara-acara gossip yang katanya kurang mendidik itu …, tulisan-tulisan dengan judul bombastis itu …, kategori “gossip” yang pernah membuat Ratu Adil tersandung bahasa "kurang" cinta itu … justru menjadi modal utama untuk berpartisipasi aktif memproduksi tulisan sejenis! Termasuk Mamak Ketol. Krek krek krek! Strike while the iron is hot!

Dari dunia (Luna) Maya NPB itu tersiar berita “heboh”. Tulisan dengan judul Misteri CD Aura Kasih menjadi HL 7 hari 7 malam. Efek “kehebohan” itu cukup menggugah Mamak Ketol. Mamak Ketol meminta Sarimin untuk melakukan investigasi perihal peranan CD dalam aktifitas seksual keluarga primata, dan berikut adalah laporannya.

♥♥♥♥♥♥♥

Keluargaku, Long-tailed macaque atau Monyet Jawa sudah sangat sering dijadikan monyet percobaan. Sebagai korban penelitian, kami memperoleh peringkat kedua setelah rhesus monkey. Kontribusi kami yang terbesar dan sangat berarti dibuktikan dalam pengembangan dan penemuan vaksin polio.

Sebagai mahkluk diurnal yang sangat aktif pada siang hari, kegiatan ML kami pun biasa kami lakukan di siang bolong. Meskipun kami adalah hewan yang arboreal yakni yang hidup di atas pohon, kami tak pernah ML di sana. Kami menggunakan pohon sebagai peraduan kami. Pilihan kami adalah cabang pohon yang ada di atas air! Jadi alangkah lucunya kalau kami ML di malam hari. Tak terbayang apabila terjadi tsunami pohon dan kami terjatuh di sungai. Wah bisa basah deh!

Adapun alasan kami tidur bareng dan kumpul monyet di pohon yang dekat sungai adalah demi menghindari pemangsa kami yaitu harimau dan ular piton. Asal tahu aja, ekor kami yang panjangnya bisa mencapai 40 – 65 cm ini selain berfungsi sebagai penyeimbang, kadang berperan sebagai tangan tambahan. Keberadaan tangan, kaki dan ekor kami inilah menjadikan kami sebagai perenang yang andal sekaligus pemanjat yang ulung.

Meskipun penduduk NPB sering menggunakan sebutan kami (monyet) untuk mengumpat, kami memiliki pola hidup yang teratur. Pagi hari kami sering menggunakan waktu kami untuk berjalan-jalan menikmati alam. Beberapa jam sebelum tengah hari kami biasanya beristirahat. Berbagai cara kami pergunakan pada waktu rehat kami, antara lain: bobok-bobok siang, "berdandan" untuk menarik perhatian, dan bermain.

Lewat tengah hari, biasanya kami kembali berkeliaran di seputar Monkey Forest. Sekitar pukul 4 sore, kami kembali ke pos kami masing-masing. Di sanalah kami bermain sekaligus ngeceng lagi, ngeceng lagi. Kalau ada yang ditaksir ya … langsung tancap aja, ngga pake PDKT segala. Beberapa jam kemudian, tibalah waktunya kami memanjat pohon untuk tidur.

Sebagai makhluk sosial, keluarga kami menganut prinsip sharing. connecting juga loh. Kami suka ngrumpi dan hidup berkelompok. Dalam tiap kelompok jumlah anggotanya bisa mencapai 100 ekor. Perbandingan antara monyet jantan dan betina adalah 1 : 3, dimana setiap monyet betina biasanya memiliki satu atau dua bayi yang masih suka bergelantungan di tubuh mamanya.

Hidup bergerombol tak hanya kami lakoni demi keselamatan anggota kami dari serangan pemangsa atau bahaya, tapi untuk mencegah berkurangnya kelangkaan makanan.

Kelompok sosial kami dikenal dengan pola multimale-multifemale yang artinya tak ada hubungan heteroseksual yang tetap antara monyet jantan dan monyet betina. Apa yang disebut dengan kesetaraan jender oleh masyarakat NPB sudah kami praktekkan sejak berjuta-juta tahun yang lampau. Baik monyet jantan maupun moyet betina memiliki beberapa pasangan tidak tetap.

Sebagai masyarakat penganut matrilianistik, tiap-tiap kelompok dipimpin oleh Alpha female. Alpha adalah status yang diberikan kepada pemimpin kelompok yang umumnya memiliki rank tertinggi. Sebagai boss, seekor Alpha diberi kesempatan untuk makan dan melakukan hubungan seksual terlebih dahulu. Apabila ada yang mendahului, akan disingkirkan atau bahkan dibunuh. Sebagai pucuk pimpinan tertinggi, alpha "kawin" lebih sering dari anggota dibawahnya. Sehingga tampak seolah-olah si pimpinan monyet ini memiliki banyak pasangan. Akan tetapi, kadang-kadang monyet betina yang masih muda berselingkuh dengan monyet yang pangkat nya lebih rendah dengan tujuan untuk mendominasi kelompok.

Status Alpha ini diperoleh berdasarkan kekuatan fisik. Posisi ini dapat diperebutkan dengan berkelahi. Dengan kata lain, untuk dapat mempertahankan posisinya, seekor Alpha harus mau ditantang dan mempertahankan posisinya.

Monyet perempuan biasanya menetap di komunitasnya sampai dewasa. Akan tetapi, monyet laki-laki biasanya berpencar tak lama sebelum mencapai akil balik (sekitar umur 5-6 tahun). Meskipun menganut paham matrilianistik, mencari pasangan dilakukan oleh Alpha jantan. Namun, diantara monyet-monyet itu tetap saja kedudukan atau ranking pria lebih tinggi dari monyet betina.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun