Musa lahir bertepatan dengan pembunuhan massal di zaman Raja Firaun. Sang ibu berusaha mencari tempat jauh dan aman agar tidak tertangkap. Ia meletakkannya di dalam sebuah peti dan di taruh di sungai.
Musa terbawa arus sungai karena sang ibu kelupaan tidak menarik kepinggir. Peti tersebut terbawa hingga istana dan ditemukan oleh Asiyah_istri Firaun, seorang istri raja yang mandul. Firaun pun setuju.
Asiyah menghadirkan beberapa ibu susu untuk Musa. Namun, bayi Musa menolak semuanya. Hingga suatu ketika, ibu kandung Musa mengetahui berita tersebut. Ia segera ke istana dan menyusui bayi Musa.
Nabi Musa diangkat menjadi Nabi, setelah dia tumbuh dewasa. Bertahun-tahun ia beserta pengikutnya bersabar dalam menghadapi kekejaman Firaun. Apalagi setelah dia mengaku dirinya sebagai tuhan.
Atas izin Allah, Nabi Musa dan pengikutnya pergi dari Mesir menuju Syam. Raja Firaun marah ketika mendengar kabar kepergian Musa. Lalu pasukan Firaun mengejarnya.
Rombongan Nabi Musa, hampir saja terkejar Firaun karena terhambat lautan yang luas. Turunlah wahyu Allah SWT kepada Nabi Musa AS yang memerintahkan agar memukulkan tongkatnya. Lautan pun lalu terbelah.
Pasukan Nabi Musa melintasi lautan dengan selamat. Pasukan Firaun pun ikut menyusul. Namun, setiba ditengah lautan, tiba-tiba laut kembali seperti semula. Akhirnya Firaun dan bala tentaranya semua binasa.