"Nggak boleh. Nanti kubilang berteman saja, nggak usah pacaran. Pacaran itu kalau sudah dewasa, " sahut bu Gong sedikit galak.
"Intinya berteman saja ya, Bu? Begitu kan? Aku nggak mau bu terlalu keras sama anak wedok, "
Bu Gong mengangguk dan memaklumi suaminya. Dia sendiri menyadari ternyata tiap tahap kehidupan anak memberi tantangan tersendiri.
"Bu, nanti kalau ditanya kriteria pacar yang baik, aku jawabnya gimana?" tanya pak Gong lagi.
"Pak, kamu galau berat keliatannya? Nggak santai banget! Jalan-jalan yuk... Sapa tahu dapat wangsit jawaban, " kata bu Gong terkekeh menggoda suaminya yang terlihat serius.
"Ya galau lah... Aku tidak mau anakku salah jalan. Nanti dapat suami yang nggak-nggak... Duh, nggak kebayang!"
"Kalau masalah itu tenang sajaaa.... Aku sudah tahu, "
"Makanya kasih tahu dong! Harus bibit, bobot, bebet gitu? Apa perlu sewa orang untuk cari tahu bakal calon suaminya nanti?" tanya pak Gong disambut tawa bu Gong.
"Aduhhh... lebay banget! Tumben Pak, kamu mikirnya kok ruwet bin njelimet! Dont take it too serious laa..."
Pak Gong menggaruk-garuk kepala. "Aku pusing mikir, Bu... Lha menurutmu mantu yang baik yang gimana?"
"Pokoknya seiman dan KASET, Pak!"
"Apa bu? Keset???"
"KAAAA... SETTTT...!!! Kesat-keset... Ampun deh, "
"Maksudnya?"
"KASET itu KAYA dan SETIA!!! Simpel to? "
Pak Gong terdiam dengan mulut mecucu. "Hmmm sudah kuduga! Kamu memang matre, Bu!"
"Bukan matre tapi realistis! Yang pasti-pasti saja... Nulis blog aja butuh kuota kok! Padi nggak bisa nanam sendiri, garam juga harus beli. Jadi wajarlah harus yang mapan, kaya, dan setia! "
"Sebagai orangtua ya cuma 3 itu tadi syarat utamanya : seiman, kaya, setia. Masalah fisik dan lain-lain serahkan sama anaknya. Sesuai selera lah, Pak..." lanjut bu Gong.
KEMBALI KE ARTIKEL
