Setiap berita tentang Suriah, akhir-akhir ini sungguh memilukan hati. Kerusuhan yang terjadi sejak 2 tahun lalu, masih belum berakhir. Setiap berita tentang negara itu yang saya saksikan di TV, selalu berita sedih: bom bunuh diri, penyerangan kelompok bersenjata, pembunuhan terhadap rakyat sipil, dan sebagainya.
Bahkan beberapa saat lalu, ada berita tentang penyerangan di Maaloula yang merupakan salah satu pusat agama Kristen di Suriah.
Membaca berita itu, sudut hati saya rasanya tertusuk perih. Karena mengingat selama tinggal disana kurang lebih 3 tahun lamanya, menyaksikan betapa harmonisnya kehidupan antar umat beragama.
Lonceng bel gereja dan bunyi adzan mesjid bersahut-sahutan harmonis saat saya menyaksikan parade Natal di daerah Bab Touma (pusat agama Kristen Ortodoks di kota Damaskus).
****
Maaloula merupakan daerah dengan gunung-gunung batu yang sudah ditinggali oleh manusia gua Cro Magnon sekitar 30.000 tahun yang lalu. Mereka tinggal di gua-gua di kaki gunung, jejak kehidupan mereka ditemukan disini. Kehidupan manusia terus berkelanjutan walau jaman silih berganti. Sejarawan mengatakan bahwa Maaloula dengan gua-guanya merupakan saksi bisu silih bergantinya peradaban manusia gua, dipengaruhi oleh berbagai bangsa yang hidup silih berganti pada masanya, bangsa Akkadians, Amorit, Ibrani, Yunani, Romawi dan Arab.
Bila kita memandang kejauhan di gunung-gunung batu, dimana hingga saat ini masih banyak penduduk lokal yang tinggal didalamnya, maka akan terasa kemurnian dan kedamaian kehidupan masa lampau.
Kebun aprikot dan anggur yang menghampar luas di kanan kiri jalan mengisahkan kesuburan tanah yang berdampingan dengan gunung batu yang gersang.
Maaloula terletak di kaki gunung Qalamun, sekitar 60 km dari Damaskus, dengan ketinggian sekitar 1700 meter diatas permukaan laut.
Saat Suriah masih dalam keadaan damai, daerah ini banyak dikunjungi wisatawan karena terkenal akan gereja-gereja tuanya. Banyak pemukiman penganut Kristen Ortodoks disini. Maaloula sendiri berasal dari bahasa Aram (Aramaic), yang berarti ‘Pintu Masuk’. Bahasa Aramaic adalah bahasa yang dipakai pada masa Tuhan Yesus, sekitar 2000 tahun yang lalu. Hingga saat ini, bahasa ini masih dipakai oleh penduduk setempat.
Ada 2 gereja besar di Maaloula yaitu :
1.Gereja St.Takla. Daerah dimana terdapat Gereja St.Takla, ada legenda yang menceritakan tentang pengikut Yesus Kristus (Nabi Isa) yang bernama Takla, yang melarikan diri dari kejaran tentara Romawi yang memburu Takla atas suruhan ayahnya karena sang ayah tidak setuju dengan iman baru anaknya. St.Takla terlahir dari keluarga terpandang di Iconium, Turki (sekarang bernama Konya). Takla terjebak di bukit batu yang secara ajaib membelah menjadi 2, sehingga Takla bisa berlari meloloskan diri di sela-selanya.
2.Gereja Mar Sarkis. Maaloula merupakan kota penting sebagai pusat agama Kristen Ortodox di Suriah. Gereja Mar Sarkis dibangun pada tahun 313 M sampai 325 M. Di daerah perbukitan menuju Gereja Mar Sarkis ini dapat dilihat bekas-bekas rumah gua yang digali dari bukit berbatu.
Itulah sebabnya gereja-gereja di daerah Maaloula disebut gereja gantung, karena letaknya yang tinggi di atas perbukitan. Toleransi beragama di Suriah patut diacungi jempol, karena setiap pemeluk agamanya menjalankan agamanya masing-masing secara khidmat dan sungguh-sungguh tanpa mengusik keberadaan umat beragama lain.
Semoga krisis di Suriah segera berakhir, karena selain negara itu banyak menyimpan sejarah berbagai agama di masa lalu, juga perang itu merupakan kejahatan kemanusiaan.
Salam hangat,
Tyas
Sumber bacaan:
1.Maaloula, History and Ruins by Rama Elias Keriaky
2.Suriah, Selayang Pandang (KBRI Damaskus)