Wew, kali ini saya diberi kesempatan untuk berjalan-jalan di seputar Istana Kepresidenan di Cipanas, Puncak, Jawa Barat. Kalau tidak diajak teman, rasanya sulit untuk masuk ke istana ini, lha Istana Bogor yang letaknya tak jauh dari rumah saya saja, tak pernah saya masuki, hanya bisa mengintip-intip dari luar saja, sembari memberi makan wortel dan kangkung untuk rusa-rusa imut yang berkeliaran disana.
Istana Cipanas, merupakan salah satu dari 5 Istana Kepresidenan yang ada di negara ini. Istana-istana lainnya adalah: Istana Bogor, Istana Presiden di Jogjakarta, Istana Presiden di Jakarta dan Istana Tampaksiring di Bali.
Istana Cipanas terletak di kaki Gunung Gede, kurang lebih 103 km dari Jakarta.
Masuk tol, kita bisa langsung mengarah ke tol Ciawi, terus ke arah Taman Safari, melewati restoran Rindu Alam yang terkenal, Puncak Pass dan tak lama kemudian, tibalah kita di Istana Cipanas yang letaknya di kanan jalan.
Istana ini dibangun pada tahun 1742 oleh Gubernur Jenderal Gustaaf William Baron Van Imhoff. Luas areal kompleks 26 hektar, sedangkan yang digunakan untuk bangunan hanya 8000m2 saja (duh, berapa kali lipat dari rumahku yang tipe 4L, lu lagi lu lagi..hee). sisa tanahnya berupa hutan kecil, taman rumput, dan padang berbagai jenis tanaman. Di istana ini terdapat koleksi tanaman sebanyak 1334 spesimen, 171 spesies, 132 marga dan 61 suku. Sedangkan taman herbalia yang merupakan taman terbaru yang berisi kebun tanaman obat diresmikan Ibu Ani Yudhoyono pada 7 Januari 2013. Di taman ini terdapat 433 jenis tanaman obat.
Pada masa pemerintahan Belanda, istana ini dijadikan tempat peritirahatan para Gubernur Jenderal. Sedangkan pada masa pemerintahan Jepang, istana ini digunakan sebagai tempat persinggahan para pejabat Jepang dalam perjalanan Jakarta Bandung atau sebaliknya.
Setelah masa kemerdekaan Indonesia, istana ini diresmikan sebagai salah satu Istana Kepresidenan Republik Indonesia dan berfungsi sebagai tempat peristirahatan Presiden atau Wakil Presiden RI, beserta keluarganya.
Ada beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi di Istana Cipanas:
- 13 Desember 1965, Ruang Sidang Gedung Induk menjadi tempat Presiden Soekarno memimpin sidang kabinet untuk menetapkan perubahan nilai mata uang dari Rp 1000 menjadi Rp 1, atau dikenal dengan ‘sanering’.
- 14-17 April 1993, atas inisiatif Presiden Soeharto, istana ini menjadi tempat pertemuan kelompok yang bertikai di Filipina, yaitu antara pemerintah Filipina dengan kelompok Moro National Liberation Front (MNFL) yang dipimpin Nur Misuari. Perundingan ini dipimpin oleh Menlu RI saat itu, Bp.Ali Alatas.
- 6 Juni 2005 menjadi tempat peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Begitu memasuki gerbang, kami sudah dicegat beberapa petugas keamanan yang meminta tanda pengenal untuk ditinggalkan di pos satpam, untuk diambil nanti saat pulang.
Setelah berbasa-basi sejenak, kami langsung diajak ke gedung utama, yaitu Gedung Induk.
Memasuki pintu putih yang terlihat kuno dan terawat, kami memasuki ruang tamu yang terdapat beberapa set sofa kuno, hiasan wayang golek dan foto-foto Presiden SBY dan keluarga. Kemudian kami melihat ruang kerja Presiden yang letaknya tak berubah sejak istana ini berdiri. Ruang makan yang luas dengan lampu-lampu kristal raksasa di atasnya. Melihat kamar-kamar yang dihuni keluarga Presiden dan Wakil Presiden bila mereka berkunjung disini, hingga ke teras belakang yang menghadap taman yang luas dan asri.
Di tengah taman terdapat kolam air mancur dengan hiasan sepasang burung bangau.
Di antara tanaman-tanaman rindang di taman maha luas yang bisa disebut hutan kecil itu, ada beberapa patung wanita berpose seksi yang merupakan koleksi presiden pertama kita. Namun saat ini, patung-patung tersebut tidak bisa leluasa dipandang mata, karena sengaja ditutupi oleh tanaman-tanaman raksasa..hehe..
Kami juga melihat koleksi tanaman obat yang merupakan inisiatif ibu negara saat ini. Begitu melihat tanaman yang begitu beraneka rupa, jadi teringat alm.nenek yang juga suka membuat sendiri jamu-jamuan dari berbagai tanaman obat yang diramu, diracik, direbus maupun ditumbuk sendiri. Jadi malu, sebagai generasi muda (ciee..muda), saya jarang sekali memanfaatkan tanaman yang berlimpah di negeri kita sebagai bahan obat-obatan. Kadang-kadang saja bikin teh jahe sendiri bila masup angin.
Terakhir, kami meninjau museum yang berisi berbagai benda kenangan yang berasal dari dalam dan luar negeri.
Tak terasa, seharian sudah kami berjalan-jalan menyusuri Istana ini, sambil berkhayal, kapan bisa menginap disini..hehe...tapi jangan sendirian ya....seram juga kalau menginap disini sendirian. Merinding..
Sambil berbincang santai dengan pegawai istana yang sedari tadi menemani, kami menghirup teh hangat yang gambarnya spesial, entah bisa dibeli dimana cangkir teh semacam itu.
Sepulang dari Istana Cipanas, kami berkunjung ke kebun anggrek milik Ny.Musfidah Jusuf Kalla yang terletak di Citeko, masih di daerah Puncak juga.
Berhubung disini banyak yang indah-indah, wes ndak bisa banyak bicara apalagi menulis...yuk mari kita nikmati keindahan bunga-bunga anggrek di tempat pembibitan anggrek ini.
Sumber bacaan: leaflet yang dibagikan pegawai di Istana Cipanas.
Semua foto adalah dokumen pribadi.