Ini adalah detik ketika pandanganku terlupa pada syariat, bahwa memandang yang bukan mahromku adalah syahwat, tapi mataku murni tidak bersyahwat. Mataku hanya tidak bisa lepas dari mengidentifikasinya, memastikan bahwa hidung, mata, alis hitam dan anggota tubuh lain di wajahnya yang kutangkap jelas adalah miliknya, milik wanita yang kuyakin adalah Dia, Dia yang pernah kukenal, yang pernah berdiam lama dalam sudut memoriku, yang kehadirannya selalu membuatku menahan diri untuk pulang tiap kali menghabiskan sore dirumah salah satu sahabat sekelas di SMA 39 selepas sekolah.