Trus gimana, itu kan orang-orang terpilih katanya. Entah juga siapa sih yang milih dulu, apa nggak salah pilih nih? Coba kalau ketahuan dari dulu model-model orangnya begituan pacak nggak kepilih kan?
Eh nggak juga, tergantung siapa yang milih, kalau yang milih sama juga kelakuannya ya hasilnya kayak gitulah. Para caleg itu kan yang milih partai, yang nentuin partai, saat pemilu nah partai2 ini kan akan berbuat apa saja agar caleg2 yang telah dia pilih itu dipilih rakyat/pemilih.
Kebetulan nggak semua pemilih memiliki kemampuan yang cukup untuk menilai para caleg. Entah karena tingkat pendidikan yang rendah, wawasan yg kurang, akses pd sumber informasi nggak ada. Belum lagi soal politik uang yang sekarang dimainkan dengan cara aneka rupa. Klop sudah maka bisa sja terjadi seperti sekarang, yang nggak bermutu yang terpilih.
Tapi apa mau dikata, inilah demokrasi, mereka yang brengsek itu juga tetaplah wakil rakyat yang sah, meski omongannya dan kelakuannya juga hasil kerjanya nggak sungguh memperjuangkan kepentingan rakyat.
Jadi apa solusinya? Kalu menurut gue nih, udah deh rakyat yang nggak ngerti apa2 itu nggak usah ikut milih. Ada semacam test untuk calon pemilih, kalau ia nggak punya kapasitas untuk menjadi pemilih yang baik, ya udah coret saja namanya. Suruh belajar lagi, pemilu yang akan datang ia boleh daftar lagi, tapi harus juga ditest lagi.
Hahahahahahahah ide gila ya, emang mau masuk sekolah pakai test2 segala. Adakah solusi lain?