[caption id="attachment_129457" align="alignleft" width="300" caption="Sandiaga S. Uno"][/caption] Siapa sih yang gak kenal Sandiaga S. Uno? Itu loh laki-laki yang fotonya terpampang di sebelah kiri. CEO dari Saratoga Capital yang juga menjadi salah satu pimpinan di PT. Adaro Energy Tbk. Bisa dikatakan masih muda, selain itu juga memiliki wajah yang cukup menarik.
Masih belum ingat? Beliau juga tampil di iklan salah satu (atau mungkin satu-satunya) air dalam botol yang terkenal di Indonesia loh ;) Eh? Masih belum ingat atau bahkan tidak tahu? Ya gapapa~ kata orang kan "tak kenal maka kenalan" hehehehe :D Nah, tulisan ini terinspirasi dari cerita Sandiaga S. Uno, saat beliau hadir di kampus saya. Saat itu beliau membicarakan tentang Indonesia dan hal-hal yang membanggakan dari Indonesia. Selain itu, beliau juga menyisipkan cerita-cerita pengalaman dirinya. Ada salah satu cerita yang menurut saya menarik. Berikut ini saya ceritakan ulang, meskipun agak lupa, hehe :) Saat itu, beliau masih berkuliah di Amerika. Sayangnya, saya lupa di universitas mana tepatnya. Beliau tinggal di asrama, sekamar dengan salah seorang temannya. Sayangnya lagi, saya lupa siapa nama atau darimana asalnya. Tapi tenang, inti ceritanya bukan mengenai dua hal tersebut. Suatu ketika, saat sedang musim dingin di sana, beliau dan beberapa teman dari Indonesia sedang berkumpul di kafetaria. Kafetaria itu tidak jauh dari asrama. Kata beliau, saat itu di kafetaria ada sekumpulan mahasiswa Amerika, mahasiswa dari India (seingat saya), dan yaa mahasiswa dari Indonesia. Saat itu, ada satu bangku tersisa di sekumpulan mahasiswa Indonesia. Dari asrama, teman sekamar Pak Sandi melihat hal tersebut dan bermaksud menyusul. Dia sudah melambaikan tangan kepada Pak Sandi. Sepanjang musim dingin, jalan antara asrama dan kafetaria menjadi sangat licin, karena ada lapisan es tipis yang terbentuk dari embun-embun yang membeku. Kalau tidak berhati-hati, ya pasti terpeleset. Pak Sandi sudah bermaksud memperingatkan temannya tersebut, tapi ditahan oleh teman-teman yang lain. Dan akhirnya teman Pak Sandi itu jatuh. Mau tahu respons mahasiswa yang ada di kafetaria?
Mahasiswa Indonesia, jelas ketawa-ketawa. Kalau kata Pak Sandi, dia belum pernah melihat teman-temannya sebahagia itu sebelumnya. Terus apa yang dilakukan
mahasiswa India? Wah, mereka langsung
menghampiri teman Pak Sandi.
Menanyakan keadaannya, merapikan barang-barangnya. Padahal belum tentu mereka saling mengenal loh. Terus terus,
mahasiswa Amerika melakukan apa? Apa cuek tidak peduli? Ternyata tidak. Mereka
menuliskan pengumuman di kertas, ya seperti peringatan "Awas Jalan Licin! Hati-Hati!". Ckckck, dari cerita Pak Sandi itu, apa ayo kesimpulan yang dapat diambil? Tanpa bermaksud menggeneralisir, orang Indonesia itu senang melihat orang susah, tapi susah melihat orang senang. Beliau sendiri juga menarik kesimpulan seperti itu. Saya hanya mau berbagi cerita tentang pengalaman Sandiaga S. Uno, yang (sayangnya) menunjukan kekurangan dari orang Indonesia. Semoga cerita ini dapat direnungkan, dijadikan 'tamparan' bagi kita yang suka seperti itu, dan dijadikan 'cambuk' untuk lebih baik lagi. Amin :)
KEMBALI KE ARTIKEL