Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Tangis Sang Penjagal

1 Mei 2015   06:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:30 50 6
Jangan dikira aku bahagia berlumuran darah

tatkala peluru hitam itu merobek dadamu

kau tahu aku ragu melihatmu merajuk

dalam amarah kelam semburat ngilu batinmu

...............

jangan dikira jiwaku tertawa menatapmu

tergolek lemah tak berdaya mati membisu

kucuran darah merah basahi kalbuku

bukanlah aku pembunuh jiwa mengharu biru

.......................

Ku tatap pelatukku dan gelapnya dadamu

bak api membakar noktah dan nafsu

sejurus tampak pucat,  sedih, sembab penuh haru

harap cemas menanti tajamnya waktu

............................

Jangan dikira ku tak tahu sedihnya kamu

melolong dalam tangis di lubuk hatiku

meratap sedih harap empati

gagalkan eksekusi  demi nurani

......................

Tapi..

Bukankah nuranimu terlepas dari dadamu

hanyut dalam larutan darah dan air mata korbanmu

menggeliat bersimbah darah

terkubur dalam bersama mimpi semu?

..............................

Tak mudah ku silapkan mata ini

melihat mata sedih dekati ajal menanti

berharap iba dan kasihani

di tangan sepucuk senjata api

...................................

Aku laksana malaikal maut

mencerabut jiwa kelam nan penakut

mengiris dada meski kadang kalut

takut salah Tuhan menuntut

.................................

Tapi...

Itu bukan tangisku atau tangismu

semata-mata nurani hamba yang berlalu

terjebak mati jadi bangkai tak berlaku

sebab narkoba hamba terbunuh beribu-ribu

....................................

Tuhanku Yang Pengampun

Doaku tak lekang dalam harapku

tuk ampunanMu pada hambaMu

hamba-hamba tersesat berdada sendu

************

Metro, 01/05/2015

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun