Dan biasanya pula seorang caleg merupakan ahli waris tokoh-tokoh ternama. Karena dengan ketokohan orang tuanya atau minimal saudaranya, paling tidak namanya akan dikenal sebagai keturunan "tokoh" dan bukan orang kebanyakan.
Tentu saja ketika mereka harus memiliki uang pelicin dan memiliki figur tokoh dari kalangan keluarga mereka, para caleg ini sejatinya adalah seseorang yang pernah mempunyai peranan dalam kebijakan publik. Misalnya mantan lurah atau pensiunan camat. Karena ketokohan tersebut secara tidak langsung akan dapat "mendompleng" ketokohan sang ayah.
Banyak contoh tokoh-tokoh republik ini yang awal karirnya karena ketokohan sang ayah. Sebut saja Ibu Megawati merupakan keturunan proklamator, putri dari Ir. Soekarno yang sudah tentu namanya sudah dikenal di seantero Indonesia bahkan dunia. Ada pula Mbak Siti Hardiyanti Rukmana alias Tutut yang juga pernah menjadi ketua umum salah satu partai, beliau adalah putri dari Mantan Presiden Soeharto yang namanya juga tak asing lagi di telinga kita. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lain yang juga dikenal karena ketokohan orang tuanya.
Namun caleg satu ini amat berbeda. Dia berasal dari keluarga sederhana, tidak mempunyai warisan tokoh nasional dan juga tidak pernah menempati jabatan publik.
Dialah Suharti, SHI. Seorang caleg dari Kota Metro yang diusung oleh Partai Amanat Nasional, sebagai caleg yang kata para politisi sebagai caleg pelengkap. Kenapa disebut caleg pelengkap? Karena keberadaan caleg perempuan "dianggap" sebagai syarat mencukupi kuota 20% dari keseluruhan caleg yang ada di masing-masing partai. Wajar saja, keberadaannya sebagai salah satu caleg sering dianggap "tak penting" karena di antara caleg yang muncul dalam bursa caleg PAN hanya perempuan inilah yang paling sederhana. Jangankan mempersiapkan uang pelicin, uang untuk kampanye pun dibantu dari partai.
Caleg perempuan dengan nomor urut 3 ini, terhitung masih baru dalam dunia politik, akan tetapi beliau pernah menjadi pengurus Kohati Cab. Metro, selain itu kehidupannya dihabiskan untuk membantu masyarakat miskin yang tak dapat bersekolah di lingkungannya dalam sebuah yayasan bagi anak usia dini. sehingga meskipun tidak pernah menduduki jabatan penting, dari segi pengalaman politik tidak dapat diragukan lagi bahwa tekatnya menjadi calon legislatif murni ingin membawa aspirasi masyarakat kecil.
Meskipun dianggap kurang berpengaruh karena ketidak adaan tokoh dari keluarga dan belum pernah menjabat kedudukan penting, tapi tidak menyurutkan langkahnya untuk maju bersaing dengan caleg-caleg lain yang juga mempunyai kesempatan menjadi wakil rakyat di DPRD Kota Metro.
Misi yang ingin diperjuangkan adalah mengangkat derajat para kaum miskin yang sampai saat seringkali dinomorduakan dan dianggap sosok subordinat yang tak memiliki hak dan tanggung jawab terhadap masyarakatnya. Mendukung masyarakat terpinggirkan dengan pelatihan kewirausahaan serta memberikan mereka kesempatan untuk dapat menikmati modal usaha agar keterampilannya dapat dimanfaatkan dengan bantuan modal yang ada. Tentu saja harapannya mereka dapat hidup lebih mandiri.
Sebagai sosok caleg yang sederhana, tak segan-segan untuk melakukan pendekatan secara langsung kepada masyarakat sekitar dan menujukkan dirinya dengan lebih memperkenalkan diri kepada masyarakat calon pemilih.
Meskipun keberadaannya dalam bursa pencalegan dirinya mendapatkan cibiran dan cercaan karena minimnya finansial, tapi melihat kegigihannya justru banyak masyarakat yang mensupport dan memberikan dukungan yang baik demi kemenangannya.