“Kami ini seperti dibunuh secara perlahan-lahan. Lahan habis. Sungai kering. Untuk ladang dan ngaret saja tak ada lagi. Kami yang punya lahan, malah kami yang harus hidup seperti ini,” kata Acan, Kepala Adat Sungai Rosat kepada KR. Hidup dalam kepungan sawit, membuat masyarakat harus berhadapan dengan berbagai persoalan hidup. Jeritan-jeritan mereka akan sebuah pertolongan seakan tak terdengar, terhalang oleh luasnya perkebunan sawit. Kini, mereka yang harus menangung kesengsaraan itu.