Jika sudah pada titik itu, olahraga adalah kompetisi. Pengurus olahraga, menjaga kondisi kompetisi yang sehat. Â Dan hasil prestasi serta industrinya berjalan mengikuti.
Maka tengoklah, tiap desa hampir pasti punya lapangan bola. Bahkan bisa jadi tiap dukuhan ada lapangan bolanya. Dan tengoklah, kegiatan porseni SD bulan lalu, keriuhan sepakbola tidak bisa tertandingi cabang lainya. Maka menuju sepakbola maju tempatkanlah dahulu sepakbola/olahraga pada tempatnya. Berkompetisi dengan sehat. Modal dasar untuk menjadi besar sudah ada, infrastruktur yang mengakar, penggila bola yang luar biasa dan pemain-pemain berbakat yang bertebaran. Hanya tinggal jalankan kompetisi yang sehat dari tingkat terendah, dari level usia termuda. Karena mental juara itu tempaan, bukan indoktinasi atau adu rasi bintang/keberuntungan.
Negara ini demikian besarnya, mestinya kompetisi jangan dilihat dari level lokal jakarta. Indonesia membentang seluas Eropa, mestinya bisa tiap provinsi mempunyai kompetisi yang mandiri. Tiap kabupaten punya kompetisi yang berjalan, bahkan tiap kecamatan sangat bisa menjual sepakbola. Juga tiap tingkatan sekolah punya kompetisi yang reguler. Peserta berlimpah, infrastuktur siap, tinggal dorongan dan pengurus yang punya visi memajukan sepakbola sebagai pesta bersama, bukan milik elit atas nama prestasi.