Abah dulunya senang sekali ngopi sambil ngunyah goreng ubi dan menghisap sam su di sana. Sesekali sam su diganti dengan lintingan. "Kalau harga padi anjlok, Abah rela begini," ia menggerutu.
Malam ini tak ada sam su di tangan Abah, lintingan juga. Kopi di meja sudah lama dingin, rasanya juga barangkali sudah hambar. Emak yang menyeduhnya, dulu. Kini Emak di syurga entah menyeduhkan kopi buat siapa. Emak adalah wanita paling setia. Bahkan pacarku saja tak sesetia dia.
Sebelum tidur, aku selalu mengucapkan selamat tidur kepada Abah. Paginya, saat bangun tidur, aku baru sadar jika Abah sudah innalillah...
bernarasi, 5 Februari 2013