Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Pertumbuhan Ekonomi & PDB Tiongkok 2010-2011 Menggentarkan CIA-AS

7 Januari 2012   02:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:13 889 0

Produk Domestik Bruto/Gross Domestic Product (PDB/GDP) Tiongkok mengejutkan dunia Barat, dan menjadi perhatian CIA.

Sejak 1978 Tiongkok mengadakan reformasi dari menutup diri dan sistim sentralisasi menjadi sistim orientasi pasar, maka mulai 2010 Tiongkok telah berkembang menjadi negara eksportir terbesar dunia.

Reformasi Tiongkok dimulai dari menghapuskan sistim pertanian kolektif, kemudian berekspansi terus setahap demi setahap ke librasi harga, desentralasasi fiskal, memperluas otonomi perusahaan negara, diversiasi sistim bank, membangun pasar saham, mempercepat pertumbuhan sektor swasta, dan membuka perdagangan dan investasi luar negeri.  Demikian juga dengan fashion secara bertahap diadakan reformasi.

Tahun-tahun terakhir ini, pemerintah Tiongkok telah memperbaharui dukungannya terhadap perusahaan negara yang dianggap penting bagi “keamanan ekonomi”, agar dapat membantu perkembangannya menjadi supremasi dalam berkompetisi secara nasional dan global.

Setelah mengaitkan mata uangnya dengan Dollar AS bertahun-tahun, pada tahun 2005 Tiongkok meng-revaluasi mata uang 2.1% terhadap dollar AS, dan mengubah sistim nilai tukarnya dengan referensi berbagai mata uang asing.

Dari 2005 s/d 2008 apreisiasi Reminbi secara akumulatif terhadap dollar AS naik lebih dari 20%, tetapi nilai tukar terhadap dollar AS tetap dipatok/pegged dari sejak mula terjadinya krisis moneter dunia sejak 2010, walaupun Beijing memperbolehkan untuk diadakan perhitungan kembali secara bertahap.

Restrukturisasi ekonomi telah membawa keuntungan effsiensi yang berkontribusi peningkatan PDB lebih dari sepuluh kali lipat sejak 1978.  Jika diukur pada PPP ( Power Purchasing Parity ) atau paritas daya beli basis untuk menyesuaikan perbedaan harga, pada 2010 Tiongkok dapat dikatakan sudah sebagai negara  berekonomi terbesar kedua dunia setelah AS, sudah melampaui Jepang dari 2001. Jika dinilai dengan dollar AS, output pertanian dan industri Tiongkok masing-masing  telah melebihi AS, demikian juga dalam bidang jasa. Namun pendapatan per kapita masih dibawah rata-rata dunia.

Walaupun begitu, Tiongkok masih menghadapi banyak tantangan ekonomi antara lain: 1. Mengurangi tingginya tingkat tabungan domestik disesuaikan dengan rendahnya permintaan dalam negeri;  2. Mempertahankan tingkat pertumbuhan lowongan kerja untuk pekerja migran dan angkatan pekerja baru;  3. Menurangi korupsi dan kejahatan ekonomi lainnya;   4. Menanggulangi kerusakan lingkungan dan perselisihan sosial yang terkait dengan transformasi ekonomi yang pesat ini.

Pembangunan ekonomi daerah provinsi pantai sementara ini lebih berkembang dari daerah pedalaman, akibatnya diperkirakan 200 juta angkatan kerja dan keluarganya dari pedesaan telah pindah ke perkotaan untuk hidup dan mencari pekerjaan. Tapi kini pemerintah telah menggenjok pembangunan daerah pedalaman untuk menekan urbanisasi, terlihat cukup berhasil.

Selain itu kebijaksanaan “satu anak”, berakibat kini Tiongkok menjadi salah satu negara yang paling cepat menua di dunia. Tapi akhir-akhir ini pemerintah telah lebih melonggarkan kebijaksanaan ini, dimana masih membolehkan keluarga baru untuk memiliki 2 anak, terutama jika anak pertama perempuan.

Selain itu memburuknya lingkungan, terutama polusi udara, erosi tanah, dan turunnya terus menerus level air tanah terutama didaerah utara Tiongkok yang telah berlangsung lama sekali. Sehingga kesuburan tanah terus menurun. Ini semua menjadi tantangan untuk diatasi.

Pemerintah Tiongkok harus terus mencari kebutuhan energi yang terus meningkat, tidak hanya mengandalkan batu bara dan minyak bumi saja, dan menfokuskan dengan energi nuklir serta harus mencari dan mengembangkan engergi alternatif dan terbarukan lainnya.

Tapi pada tahun 2009, ketika terjadi krisis ekonomi global, dimana permintaan luar negeri untuk ekspor Tiongkok menurun untuk pertama kali, Tiongkok ternyata dapat rebound/ mengatasi untuk bangkit dengan cepat, mengalahkan negara-negara ekonomi berkembang lainnya. Pada 2010 PDB berkembang 10%, bahkan pertumbuhan tetap kuat dan mantap pada 2011 lalu, ini berkat kebijaksanaan rezim kredit stimulus yang dijalankan secara tepat. Dengan pengalaman ini pemerintah Tiongkok telah menetapkan Repelita 5 tahun kedepan dan mengambil pengalaman tahun 2011 untuk tahun 2012 ini, dengan terus melanjutkan reformasi ekonomi dan menekankan untuk meningkatkan kebutuhan konsumsi dalam negeri agar tidak banyak tergantung pada ekspor untuk pertumbuhan PDB nya dimasa depan. Namun inipun terlihat mereka lakukan hanya untuk rencana kemajuan-majuan yang marginal saja sekedar menyeimbangkan dengan 2011.

Dua masalah ekonomi yang dihadapi Tiongkok saat ini,  pada akhir 2010 inflasi telah melampaui target pemerintah 3%, dan utang pemerintah lokal yang membengkak, sebagai akibat dari kebijakan stimulus yang lalu, dimana sebagian besar yang harus di “write-off” dari buku berkualitas rendah.

Berikut adalah gambaran yang diberikan oleh CIA terhadap perkembangan perekonomian Tiongkok:

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun