Sudah pernah tonton film 'Gravity' yang dibintangi oleh George Clooney dan Sandra Bullock? Walau setting film ini di ruang angkasa, film ini lebih memiliki genre drama dengan beberapa twist yang bersifat ilmiah. Sehingga, sifat fiksi dalam film ini harusnya bersifat fiksi ilmiah, sci-fi. Disebut seharusnya, karena pada kenyataannya, orang-orang yang berkecimpung dalam bidang ruang angkasa (astronomi) banyak menemukan kesalahan (flaw) dalam film ini. Tak kurang dari Neil deGrasse Tyson, seorang astofisika terkenal, membuat kultwit tentang kesalahan-kesalahan dalam film ini.
Tapi, kita tidak akan bahas kesalahan-kesalahan tersebut. Kita adalah orang awam yang memiliki ilmu sedikit sekali tentang astrofisika. Yang kita tahu, ada kisah drama dua orang astronot di luar angkasa. Di mana, oleh karena suatu kejadian katastrofis, terjadi 'serangan' reruntuhan satelit yang mengancam keselamatan mereka dan membuat seorang dari mereka menjadi mengambang tak menentu di ruang tanpa udara, tanpa gravitasi. Tinggal menunggu waktu sampai oksigen habis.
Di situlah dramanya. Kita tidak perlu berpikir kenapa rambut Dr. Ryan Stone seakan-akan memiliki gravitasi padahal dia ada di ruang tanpa gravitasi. Kita tidak perlu berpikir kenapa reruntuhan satelit digambarkan berpendar dari timur ke barat padahal hampir seluruh satelit mengorbit bumi dari barat ke timur. Itu cuman detail kecil yang tidak berpengaruh ke cerita. Itu cuman printilan.
Tidak. Bagi kita fakta ilmiah itu tidak penting karena motivasi kita menonton film itu bukan karena ketertarikan kita akan ilmu pengetahuan. Kita bukan astrofisika. Kita orang awam yang, mungkin, menonton film ini karena ingin lihat George Clooney. Kita mungkin tertarik dengan intrik, bagaimana caranya seseorang bisa bertahan hidup di ruang angkasa yang tanpa oksigen, dan mesti bertahan hidup dengan tanpa pesawat atau peralatan yang memadai.
Buat orang yang tahu fakta ilmiah, macam Neil deGrasse, sungguh menyiksa. Menyiksa karena dia tahu fakta, tapi film ini dinikmati juga oleh orang-orang umum.
Figur Publik yang Enjoyable
Demikian juga dengan kehidupan berpolitik. Banyak kita lihat orang-orang mengidolakan figur publik sehingga melupakan fakta-fakta yang tidak dimunculkan atau disembunyikan untuk membuat figur publik tersebut tetap enjoyable.
Menurut saya, berbeda dengan halnya film sebagai hiburan, kehidupan politik sungguh berbahaya apabila dijadikan ajang atraksi hiburan. Betapa banyak dari kita menjadikan figur publik sebagai idola dan lupa untuk melakukan kritisi.
Buat mereka, karena mereka menjadikan figur publik ini sebagai idola, akan dianggap 'dosa' apabila ada yang mencoba memunculkan fakta mengenai figur publik idola mereka ini. Tanpa berpikir panjang, fakta yang dimunculkan akan dianggap fitnah.
Keadaan akan menjadi parah apabila figur publik ini adalah seorang pembuat kebijakan, policy maker. Bahanya adalah, untuk setiap kebijakan yang dia buat, betapapun akan memberikan dampak yang akan merugikan negara, atau juga rakyat yang mengidolakannya, akan tetap dimaafkan. Rakyat menjadi terlalu apologetic.
Apakah kita Neil deGrasse?
Tentu bukan. Kita tidak sepintar dia dan kita tidak mendalami ilmu astrofisika dan juga ilmu politik. Tapi, sederhananya, kita ini tidak seharusnya mengidolakan seorang figur publik yang merupakan pembuat kebijakan.
Berbeda dengan film, kalau kita tidak suka, bisa kita tinggal pencet tombol 'Stop' di media player, di kehidupan nyata, kita akan, mau tidak mau, harus menerima konsekuensi dari keputusan buruk yang dicetuskan oleh pembuat kebijakan yang diidolakan sedemikian rupa seakan-akan setiap keputusannya selalu benar.