Sejak direncanakan full day school (FDS) oleh Muhadjir Efendi sejenak setelah dilantik menjadi Mendikbud, pro-kontra terjadi di masyarakat. Namun perlahan tapi pasti rencana itu segera direalisasikan tanpa lagi mempertimbangkan pro-kontra di masyarakat. Yang menjadi acuan justru anak-anak harus mengikuti jam kerja orang orang tuanya yang kerja Senin sampai Jumat, dan Sabtu libur. Libur di akhir minggu diharapkan akan dapat memberi kesempatan orang tua dan anak-anak mempunyai waktu kebersamaan. Pertimbangan yang lain adalah jam mengajar guru mencapai 8 jam seminggu, itu sudah memenuhi kriteria jam mengajar seusai aturan.
Lalu, apa kepentingan anak-anak sebagai subjek belajar? Apa tidak anak-anak ini justru dikurbankan demi kepentingan lainnya? Terutama bagi anak-anak usia SD yang harus ikut 8 jam sehari. Pukul rata 8 jam sehari di sekolah bagi anak-anak usia SD – SMU sangat tidak tepat! Bagi yang sudah duduk di SMP dan SMU beberapa sekolah memang sudah berlaku sekolah sampai sore dan secara fisik serta kemandirian mereka mampu. Saat lapar, mereka bisa mencari makan di sekitar sekolah, sudah bisa berjalan sendiri di sekitar sekolah secara aman. Bahkan berangkat dan pulang sekolah sendiri.
KEMBALI KE ARTIKEL