Menutupi harapanku
Kulihat diammu bisu
Tak terketuk oleh waktu
Tak hirau suara di hadapanmu
Aku melihatmu
Duduk bersandar di lantai kereta berkarat
Sesekali kau lirik bangku penumpang
Berharap ada yang beranjak
Tapi kau memilih terus terdiam
Meski seorang penumpang tak berotak
Mengambil jatah tempat untuk kakinya
Gurat wajahmu kubaca
Ada ruang tak terbatas
Relung sepi tanpa jalan keluar
Pada tipisnya rasa manusiawi di negeri kita
Rasa-rasa menyerbu
Dalam teriakan yang tertelan
Kemudian kau melangkah
Turun dan berbaur di perhentian
Menyisakan labirin pertanyaan
Kepedihan panjang seakan terjanjikan
Yang hampir memecahkan selaput jantungku
Saat seorang teman membisikkan bahwa kau tuna rungu
Surabaya, 17 Oktober 2010
19.41 WIB