Kejadiannya bermula dari seorang penumpang, sebut saja "Pakde", yang sedang asyik dengan smartphone miliknya. Rata-rata penumpang adalah karyawan yang pulang kantor. Mereka biasa memanfaatkan waktu di dalam KRL untuk beristirahat atau sibuk dengan gadgetnya.
Peristiwa terjadi sangat cepat. Tiba-tiba kaca di belakang Pakde terbuka, disusul kelebat bayangan tangan yang merampas ponsel dari genggamannya. Sontak seisi gerbong berteriak, mereka mengira ada orang jatuh. Ternyata tidak, sang penjambret telah beraksi. Ia menghilang ditelan kegelapan malam bersama raibnya seluruh data-data penting dalam smartphone milik Pakde.
Mungkin peristiwa itu bukan kali pertama yang terjadi di KRL jurusan Bogor-Jakarta. Namun demikian, yang perlu diwaspadai, ternyata kaca di tiap gerbong bisa dibuka dari luar. Hal ini sangat memprihatinkan.
Pada kasus Pakde, pihak keamanan KRL yang kebetulan ada di tempat kejadian tak merespon secara serius atau mengambil tindakan. "Ya, biasanya kaca itu tertutup pak," demikian jawaban singkat sang sekuriti.
Malam yang muram berlalu bersama kegelisahan para penumpang. Melihat kecemasan dan gemetar tangan korban, para penumpang lain merasa tak aman. Kapan pun, mereka bisa bernasib sama seperti Pakde.