Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa

Komunitas Kebahasaan dalam Suku Moi

23 Juni 2013   11:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:33 1234 0
Menelusuri jalanan Kota Sorong di pagi hari menuju Kabupaten Sorong tepatnya di Kelurahan Klalin ternyata menyenangkan sekali apalagi di tambah dengan cuaca yang sangat mendukung dan bersahabat, tidak panas dan tidak mendung. Teman saya, Sukmawati Hamsyi, yang mengendarai motornya sambil saya duduk dengan tenang dibelakangnya pun santai mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata. Kami menuju ke Kelurahan klalin bukan tanpa maksud. Maksud kedatangan kami adalah hendak melakukan interview dengan penduduk setempat yang merupakan penduduk pribumi Sorong dan Raja Ampat yaitu Suku Moi.

Sesampainya di lokasi tersebut, kami di sambut dengan hangat dan penuh kekeluargaan oleh salah satu keluarga dari Suku Moi yang menetap di sana. Kami dipersilahkan duduk melingkari meja yang berada di ruang tamu rumah tersebut dan tidak lama kemudian kami disuguhkan minuman dan makanan ala kadarnya. Setelah beberapa anggota keluarga dari tuan rumah yaitu Sarce Malakmini, Sam Nso dan Hermanus Malakmini duduk berhadapan dengan kami maka di mulailah interview kami.

Suku Moi adalah suku asli dari Sorong yang merupakan salah satu kota yang ada di Papua. Suku Moi mempunyai beberapa marga seperti Malak, Malakmini, Mobalen, Osok, Yesnath, Momot, Malibela, Ulala, Kalasuat, Saweri dan masih banyak lagi.

Kata Moi sendiri berasal dari kata Mosana dan Mekwei yang artinya "orang yang lembut dan ramah tamah". Komunitas bahasa dalam Suku Moi terbagi menjadi tiga dialek di mana pembagiannya berdasarkan wilayah atau daerah masing-masing.

Tiga wilayah tersebut adalah :

1. Moi Amber/Asli/Tana Besar yang meliputi wilayah Makbon, Malaumkarta, Batulubang, Dela, Mega, Asbakin, Kalayili, Sayosa, Maladofok,Malanu, Klasaman, Aimas dan Klamono. Bahasa pada wilayah ini di sebut Ligin Gilim yang mana dialeknya lebih halus dari Suku Moi wilayah lain.

2. Moi Segin/Pinggiran Pantai/Kepulauan yang meliputi wilayah Mariat Pantai, Kalamono, Katimin, Segun, Gisim, Waimon, Linjemor, Modan, Arar, Yeflio, Katapop, Raja Ampat, Salawati dan sekitarnya. Bahasa pada wilayah ini disebut Ligin Sigin yang mana dialeknya agak kasar di bandingkan dengan wilayah-wilayah yang ada di Tana Besar. Di daerah Pulau Salawati juga bahkan Suku Moi di sebut sebagai Moi Maya karena sebagian besar dari mereka memakai bahasa Moi Maya.

Bahasa dari Suku Moi itu sendiri di bagi berdasarkan dari dialek yang mereka pakai atau berdasarkan dari tempat tinggal mereka walaupun pada dasarnya bahasa Moi hanya satu

Menurut interview yang kami lakukan di sini bahwa kamus Bahasa Moi yang beredar di masyarakat luas belum mewakili bahasa Moi secara keseluruhan. Dalam kamus-kamus tersebut hanya mewakili dari beberapa daerah di Sorong.

Contoh dari bahasa yang sumber berikan adalah :

1.Ne ma nat (mari makan).

2. Na ma ma na' se (mari makan).

Yang pertama adalah contoh bahasa dari kepulauan yang mereka ucapkan dan menurut mereka agak kasar dari pada yang kedua di mana yang kedua pengucapan dan dialeknya lebih halus.

Di bawah ini merupakan contoh arti dari Bahasa Moi yang menjadi nama Pulau di Sorong :

1. Pulau Waigeo

Dalam Bahasa Moi disebut Malawaigi. Mala artinya tempat atau tanah, wai artinya mencari dan gii artinya dusun. JKetika itu suku asli moi tiba di pulau ini untuk mencari dusun sagu.

2. Pulau Misool

Dalam bahasa Moi disebut malamuswek yakni sejenis tanaman pohon yang oleh Suku Moi disebut muswer di mana pohon ini dibuat untuk perahu dan berlayar ke Pulau Misool.

3. Pulau Salawati

Suku Moi menyebutnya malaibinkeyam (tanah kecil atau pulau kecil). Mala berarti tempat atau gunung, ibin berarti tanah dan keyam berarti kecil.

4. Pulau Batanta

Suku Moi menyebutnya mala baanta (tempat diantara dua pualu). Mala berarti tempat atau gunung, baanta berarti diantara dua pulau. Dan Pulau Batanta  memang terletak diantara Pulau Salawati dan Pulau Waigeo.

Tak terasa waktu semakin cepat berlalu dan sudah waktunya kami pamit karena kami harus bersiap-siap ke kampus sementara keluarga Suku Moi yang sudah kami interview juga harus melaksanakan aktivitasnya maka kami segera berpamitan pulang. Tak lupa kami menyempatkan diri dan meminta foto bersama keluarga besar Suku Moi yang ada saat itu. Setelah mengabadikannya dalam kamera kecil kami, kami pun pulang dengan puas dan senang.

Terima kasih buat keluarga Malakmini dan Nso yang telah mau kami repotkan dengan berbagai pertanyaan terutama Kakak Sarce Malakmini, Kakak Sam Nso dan Kakak Hermanus Malakmini sehingga artikel ini bisa tersusun.

Beberapa tulisan di artikel ini juga di ambil dari buku ETNOGRAFI SUKU MOI yang di tulis oleh Dr. Drs. Stepanus Malak, Msi dan Wa Ode Likewati, SE. MM. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita untuk mempelajari suku-suku yang ada di Indonesia khususnya di Papua Barat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun