Tadinya saya pikir biasa ya, namanya anak-anak di masa pubertas emosinya tak stabil. Musuhan biasa saja. Agak lain pas Emak membongkar fakta sebenarnya, kenapa adik bungsu begitu, dan tak ditemani seperti biasanya. Dipicu karena adik saya, yang sering pulang duluan dari sekolah untuk keperluan santunan. Teman-temannya merasa tak dihiraukan. Ada juga motif lain juga.
Jadi ujungnya, karena dikompor-in oleh satu orang terus yang lain diancam, maka sepakat mendiamkan adik saya yang agak pendiam itu. Di kelas sendiri di antara banyak itu. Bullying pun terjadi. Emak yang mendengar curhatnya meradang, sampai harus mendatangi orangtua yang "yang kompor" itu agar mengingatkan anaknya agar lebih baik bersikap. Mirisnya, sikap orangtuanya kurang simpati. Seperti membenarkan sikap itu. Kecewa pasti.
Kekecewaan itu bertambah, bullying itu sudah dialami dari sejak kelas 2 SD sampai sekarang 5 SD. Sampai pernah si bungsu minta ingin pindah sekolah agar lebih nyaman belajar. Akan tetapi, masalahnya ia sudah kelas 5, yang tak lama lagi menginjak kelulusan.
Bullying ternyata sudah masuk ke sekitar kita. Mungkin sebagain kita ada yang bilang,Â