Sebenarnya, keputusan ia untuk menjadi seorang muslim ialah proses panjang dari perjalanan hidupnya. Di masa kecilnya hidup dan berdampingan dengan mayoritas muslim. Hanya saja, masa itu, lingkungannya bisa dikatakan kelam.
Bagaimana tidak, di sana pelacuran merajalela. Judi itu tontonan biasa. Pembunuhan adalah atraksi yang bukan lagi aneh. Singkatnya, Om Ded dan keluarganya besar di lingkungan muslim dengan sisi gelap yang akut.
Keputusan ayahnya nekat hidup di lingkungan begitu bisa dikatakan "bodoh". Itu bukan kata saya loh, tapi kata Om Ded yang heran; Apa ayahnya tak memikirkan tumbuh kembang anaknya; bagaimana kalau itu berpengaruh ke karakter juga mental anaknya. Di sisi lain paham, dengan ekonomi keluarga yang pas-pasan tentu keputusan ayahnya bukan tanpa sebab.
Lagian sekarang kalau dipikir-pikir keputusan ayahnya melahirkan banyak hikmah. Kita banyak berpikir, lingkungan buruk sering berpengaruh pada karakter seseorang. Asumsi ini bisa benar bisa juga salah.
Dalam artian, Om Ded dan keluarga adalah minoritas di tengah masyarakat muslim. Etnis China di tengah masyarakat plural. Paradoks itu terlihat lagi dengan kondisi moral warganya yang kacau. Hebatnya, itu tak berpengaruh signifikan pada moral keluarganya.
Di tengah kondisi masyarakat begitu, keluarganya "mewarnai" dekadensi moral itu menjadi warga yang baik. Di pekat lingkungannya itu, menyalakan lilin kebaikan. Itulah kenapa, ketika ia meminta izin ibunya untuk mualaf, ibunya sebab khawatir. Takutnya, anaknya menjadi sosok lain.
Om Ded menjelaskan fenomena yang terjadi mengatasnamakan Islam itu ulah oknum di tubuh Islam. Tidak hanya di Islam, oknum ada di agama apa pun. Ibunya mulai memahami. Titik krusial itu justeru suara dari "keluarga besarnya" yang lain, yang chat ibunya secara over sering. Hal ini membuat ibunya cemas, pada akhirnya membuat Om Ded sampai menuggu setahun untuk mualaf.
Publik pun menyaksikan prosesi masuk Islamnya Om Ded dibawah bimbingan Gus Miftah. Ada yang bilang setingan demi kepentingan konten. Nyatanya tidak. Persinggungan Om Ded dengan orang Islam sudah lama terjalin. Bahkan, dulu sering hadir di pengajian Aa Gym. Intinya, ia masuk Islam dengan kesadaran penuh dan merasa nyaman, bukan gimik semata.
Dari sini kita bisa belajar, nasib hidup bisa diubah selama kita masih mau bersabar dan mau mengikuti prosesnya. Adapun sukses atau tidaknya, itu tergantung Allah memberi keputusan. Soal hidayah pun bukan wewenang kita. Laksanakan kebaikan apa yang sejatinya kita mampu, karena kita gak akan rugi karena melakukannya.