Film Negeri Lima Menara berkisah tentang Alif (Gazza Zubizzareta) yang ingin melanjutkan sekolah di Bandung demi meraih mimpinya menjadi seorang 'BJ Habibie' bersama sahabatnya, Randai (Sakurta Ginting).
Pada akhirnya Alif muda berhasil merantau ke Jawa, bukan ke Bandung melainkan ke Pondok Pesantren Madani, Ponorogo, Jawa Timur. Bukan karena cita-citanya ia berada di Pondok, tapi karena nasehat Sang Ayah (David Chalik), " Jabat (jalani) dulu, baru kita tahu”, yang penting dijalani dulu, baru kita bisa menilai lebih dalam dan demi membahagiakan Sang Amak (Lulu Tobing).
Di Madani, ia akhirnya bersahabat dengan Baso (Billy Sandy) dari Gowa, Atang (Rizky Ramdani) dari Bandung, Said (Ernest Samudera) dari Surabaya, Raja (Jiofani Lubis) dari Medan, dan Dulmajid (Aris Putra) dari Madura. Karena seringnya mereka berkumpul dibawah menara akhirnya mereka dijuluki dengan "Sh
ohibul Menara" alias pemilik menara. Berawal dari menara inilah mereka bertekad untuk mengejar mimpi mereka ke lima negara yang memiliki menara berbeda,
Indonesia, Amerika, Eropa, Asia dan Afrika. Dengan semangat
man jadda wajada yang ditularkan oleh ustadz mereka, Ustadz Salman (Donny Alamsyah) mereka saling berjanji untuk menjadi orang besar yang bermanfaat bagi orang lain. Namun ditengah keakraban dan ketekunan mereka terdapat konflik yang terjadi antar pemain dan konflik batin yang terjadi pada Alif yang tiba-tiba ragu akan pilihan hidupnya. Akankah Alif memilih tetap belajar di Madani dan meneruskan niat mulia Amaknya yang menginginkan Alif menjadi penerus Buya Hamka? Ataukah memilih berhenti belajar di Madani dan meneruskan cita-cita awalnya menjadi penerus BJ Habibie? Apalagi jawaban surat Amak yang mengatakan bahwa yang terpenting bukan dimana kita berada, tapi kesungguhan hati dalam menjalaninya.
KEMBALI KE ARTIKEL